The Last is The Best Choice
Pilihan terakhir selalu menjadi yang terbaik. Sobat HujanPena
setuju dengan statement barusan? Sama halnya seperti memilih pasangan, pasangan
yang kita anggap sesuai dan cocok dengan kita akan menjadi pilihan terakhir hingga
menua bersama, cieee … cieee…
Tapi, bukan itu inti yang akan
aku ceritakan malam ini sobat HujanPena. Sobat HujanPena penasaran gak kapan
pertama kali blog ini tercipta? Ya. Tepatnya saat komunitas menulis One Day
One Post membuka pendaftaran untuk anggota baru. Untuk kali pertama aku
membuat blog. Lucu ya, di zaman digital seperti sekarang, aku baru mulai
membuat blog di bulan Mei 2022 di saat orang-orang bahkan sudah belajar
bagaimana membuat aplikasi sendiri. Tapi, itulah jalan hidupku tetap harus aku
syukuri.
Sebagai seorang yang ambisius (sebutan
ini setelah melewati berbagai survey ya, hihi...) aku memulai banyak hal yang
menurutku menarik. Aku pernah menjadi seorang penyiar radio saat masih kuliah,
menjadi tutor bimbel saat baru menginjak dunia perkuliahan hingga bertahan
hingga sekarang. Awal mula ketertarikanku pada dunia yang berbeda dari jurusan saat
kuliah terbersit saat telah menikah, aku memilih ikut kemanapun suami pergi. Tidak
sulit untuk menyepakati keputusan ini, yang sulit adalah menyesuaikan
ritme kehidupan baru sebagai seorang istri. Mengapa aku katakan demikian? Jelas
langkah tak akan sebebas saat masih muda, ada prioritas lain yang harus tetap
dijaga. Perlahan kejenuhan mulai datang, selain menjalani aktivitas menjadi
istri dan tutor di bimbel, ada keinginan untuk memiliki skill tambahan. Alhamdulillah
kami masih dipercaya untuk bermanja berdua, artinya waktu yang tersisa setelah
menuntaskan kewajiban sebagai istri dan tutor masih ada. Tak lama setelah itu,
tepat di tahun 2019 wabah COVID-19 datang ke Indonesia, ambruk sudah segala
kegiatan yang selama ini dijalani. Waktu di rumah lebih banyak lagi.
Hingga sampai di bulan ke enam tahun
2019 aku mulai mempelajari keahlian baru. Ya, aku masuk ke beberapa fanbase memasak,
fanbase menjual cemilan kering, fanbase membuat aneka kue dan sempat
menerima orderan donat pun membuka warung kecil-kecilan pada tahun 2020. Selesai
sampai disitu? Jelas tidak, di bulan April 2021 kami pindah ke Tebing Tinggi. Menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru lagi akhirnya memantik keinginan untuk mencoba
mengajar di beberapa sekolah. Hasilnya? Nihil, haha…
Tidak mengapa, aku selalu optimis
dan percaya bahwa suatu saat nanti akan ada jalan tak terduga dari Allah
untukku yang hobi menimba ilmu.
Afirmasi Positif Mempertemukanku
Pada Dunia Kepenulisan
Afirmasi positif selalu aku
gaungkan dalam benakku, diimbangi dengan kekuatan mencari informasi, akhirnya
aku menemukan beberapa komunitas dan fanbase facebook penulis novel online. Perjumpaanku
pada komunitas menulis novel online ini kuyakini karena afirmasi positif yang
tertanam dalam hati kalau suatu saat nanti aku bisa seperti mereka, menulis
novel online hingga menghasilkan jutaan hingga puluhan juta rupiah.
Skill menulis terus kuasah,
hingga pada pertengahan Mei 2022, muncul lah sebuah ide untuk menantang diri
sendiri menulis di social media setiap hari selama satu bulan. Pucuk dicinta
ulam pun tiba, begitulah pepatah yang sering kudengar untuk mengibaratkan
sesuatu yang kita harap-harap akhirnya datang jua. Salah seorang pengguna
social media Instagram menyukai postingan tiga puluh hari menulis yang aku
ciptakan sendiri dengan tag line #WritingIsHealing.
Dari sinilah aku bertemu
komunitas keren yang dihuni oleh ratusan orang-orang keren lainnya. Ya. Komunitas
One Day One Post. Dengan tekad hati yang bulat disertai dengan penuh semangat
meski beberapa kali sempat gagal membuat blog, aku tidak hilang akal, aku terus
mencoba dan tak disangka namaku tertera sebagai salah satu peserta yang lolos.
Awalnya aku berpikir bahwa
komunitas One Day One Post akan mengusung konsep yang aku kerjakan sebelumnya
yaitu menulis setiap hari, karena begitulah makna harfiah dari One Day One
Post, ‘kan? Ternyata aku salah. Komunitas ini bahkan memberikan lebih dari apa
yang aku bayangkan. Komunitas yang rela menggembleng kami seluruh peserta yang
dinyatakan lolos sebanyak dua puluh delapan orang secara gratis, benar-benar
gratis. Yang awalnya aku kira hanya akan diminta menulis biasa setiap hari
selama dua bulan, nyatanya ada banyak kelas dan pemateri yang luar biasa
dihadirkan komunitas ini. Mulai dari belajar bagaimana mengenal cara kerja
blog, menulis tulisan fiksi dan non fiksi, mengenal penerbit, memperdalam ilmu
puisi, mengetahui bagaimana teknik menulis pembukaan untuk sebuah tulisan non
fiksi dan fiksi, mempelajari penulisan yang baik dan benar, bagaimana menulis
opini dan esai, dan yang tidak kalah penting bagaimana membranding diri agar
orang dapat mengenal siapa kita. Sungguh, semua itu diluar dugaanku. Materi dan
pemateri yang dihadirkan tidak tanggung-tanggung, mereka adalah orang-orang
hebat dengan berjuta prestasi di dunia maya maupun dunia nyata. Sungguh ini
adalah anugerah serta rejeki yang tidak ternilai harganya.
Memiliki Keluarga Virtual
Dua bulan digembleng bersama, dua
bulan melakukan kegiatan yang sama, sama-sama berjuang menuliskan kata demi
kata dengan jumlah kata yang kian bertambah di tiap minggunya, belum lagi
tantangan yang hadir mengisi pekan-pekan penuh kenangan, bagaimana mungkin rasa
persaudaraan itu tidak tumbuh? Meski tidak pernah bertatap wajah. Namun, semangat
untuk sama-sama maju sampai ke puncak terasa hingga ke relung hati.
Di Kelilingi Orang Hebat
Luar Biasa
Mataku semakin terbuka tatkala di
setiap Senin kami secara begantian diminta menjadi bintang pada grup OPREC ODOP
batch 10. Sebuah momen yang aku tunggu dan aku perjuangkan (maklum … narsis
pengen nampilnya enggak hilang-hilang, haha…)
Setiap Senin malam aku selalu
dibuat takjub dengan para peserta yang ternyata bukan orang biasa. Mereka bahkan
sudah lebih dulu malang melintang di dunia blogging juga dunia kepenulisan
namun tetap ingin berjuang agar dapat bergabung di grup besar ODOP. Hal ini
membuktikan bahwa grup ODOP benar-benar luar biasa. Aku bangga bisa bertemu
dan berkesempatan gabung di sini. Terima kasih kakak-kakak PJ ODOP Squad yang
luar biasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat serta berkah untuk kehidupan
kalian. I Love You!
Dan yang semakin membuat aku
amazed adalah, sehebat apapun para peserta Oprec ODOP, mereka sama sekali tidak
pernah “sengaja” menampilkan diri meminta diakui bahwa mereka hebat, no, tidak
pernah. Rahmat seperti ini yang selalu aku syukuri sejak dulu, Allah
mempertemukanku dengan orang-orang hebat yang tidak ingin dianggap hebat.
Salut.
Karya yang Tidak
Sembarangan
Di pertengahan bulan Juli, kami
sempat diberikan tugas untuk mengulas salah satu cerpen yang ada di rubrik
lakon ngodop.com, website resmi para
anggota ODOP untuk menampilkan karya mereka, tentu saja karya yang ditampilkan
di sana bukan karya sembarangan, ada tim khusus untuk memantau juga
memilih karya seperti apa yang pantas untuk mejeng di ngodop.com, pastinya karya yang
tidak diragukan lagi kualitasnya. Bahkan sempat beberapa kali aku dibuat takjub
dengan tulisan-tulisan mereka. Pantaslah komunitas ini selalu dinantikan momen
rekrutmennya.
Sebagai penutup, aku sebagai
salah seorang peserta OPREC ODOP Batch 10 ingin mengucapkan banyak terima
kasih atas kesempatan berharga yang tidak akan ternilai harganya. Dan aku
ingin menyampaikan pada teman-teman yang sekiranya akan mampir dan membaca
tulisanku ini.
“Hidup itu pilihan, kita memilih apapun pasti ada konsekuensinya. Hidup itu tantangan, sesulit apapun tantangannya, kita pasti mampu menghadapinya.”
Yuk! Bersinar dan berkarya
bersama komunitas One Day One Post. Tahun depan, aku bakal spill deh info
pendaftaran anggota ODOP Batch 11. See you
Suka banget sama quote di akhirnya, berasa diyakinin buat yakin bisa mengakhiri semua permasalahn saat ini.
BalasHapusNgomong-ngomong kakak banyak pengalamannya ya, salut banget sama karakter kakak yg suka dan mau belajar hal baru.
Gapapa kak, org bikin aplikasi kita malah baru main blog wkwk. Engkau tidak sendiri.
Yeay.. Ada temannya hihi
HapusTerima kasih untuk tulisannya mbak :')
BalasHapusKeren banget mbak tulisannya dan pengalamannya juga gak main-main ternyata. Duh, aku kaya gak ada apa-apanya nih hihihi
BalasHapusQuote terakhirnya ngena di hati euyyy. Namamya juga hidup pasti ada aja ujiannya wkwk
Betul, Kak. ODOP enggak hanya meminta kita untuk konsisten selama dua bulan. Akan tetapi, juga meminta kita untuk serius dan belajar dari kelas-kelas yang disuguhkan. Keren sih, aku kalau ikutan writing maraton biasanya cuma fokus di konsisten, enggak ada kelasnya.
BalasHapusBTW ini ceritanya bikin aku mikir kayak aku tug butuh afirmasi positif untuk mendatangkan hal-hal baik dan kabar baik ke depannya. Huhu.
Nggak nyangka ya kak kita udah berada di akhir dan kita masih sama-sama jadi terharu, btw pengalamannya banyak banget ya, keren kak
BalasHapus