The Last is The Best Choice

Juli 30, 2022
6 komentar


Pilihan terakhir selalu menjadi yang terbaik. Sobat HujanPena setuju dengan statement barusan? Sama halnya seperti memilih pasangan, pasangan yang kita anggap sesuai dan cocok dengan kita akan menjadi pilihan terakhir hingga menua bersama, cieee … cieee…

Tapi, bukan itu inti yang akan aku ceritakan malam ini sobat HujanPena. Sobat HujanPena penasaran gak kapan pertama kali blog ini tercipta? Ya. Tepatnya saat komunitas menulis One Day One Post membuka pendaftaran untuk anggota baru. Untuk kali pertama aku membuat blog. Lucu ya, di zaman digital seperti sekarang, aku baru mulai membuat blog di bulan Mei 2022 di saat orang-orang bahkan sudah belajar bagaimana membuat aplikasi sendiri. Tapi, itulah jalan hidupku tetap harus aku syukuri.

Sebagai seorang yang ambisius (sebutan ini setelah melewati berbagai survey ya, hihi...) aku memulai banyak hal yang menurutku menarik. Aku pernah menjadi seorang penyiar radio saat masih kuliah, menjadi tutor bimbel saat baru menginjak dunia perkuliahan hingga bertahan hingga sekarang. Awal mula ketertarikanku pada dunia yang berbeda dari jurusan saat kuliah terbersit saat telah menikah, aku memilih ikut kemanapun suami pergi. Tidak sulit untuk menyepakati keputusan ini, yang sulit adalah menyesuaikan ritme kehidupan baru sebagai seorang istri. Mengapa aku katakan demikian? Jelas langkah tak akan sebebas saat masih muda, ada prioritas lain yang harus tetap dijaga. Perlahan kejenuhan mulai datang, selain menjalani aktivitas menjadi istri dan tutor di bimbel, ada keinginan untuk memiliki skill tambahan. Alhamdulillah kami masih dipercaya untuk bermanja berdua, artinya waktu yang tersisa setelah menuntaskan kewajiban sebagai istri dan tutor masih ada. Tak lama setelah itu, tepat di tahun 2019 wabah COVID-19 datang ke Indonesia, ambruk sudah segala kegiatan yang selama ini dijalani. Waktu di rumah lebih banyak lagi.

Hingga sampai di bulan ke enam tahun 2019 aku mulai mempelajari keahlian baru. Ya, aku masuk ke beberapa fanbase memasak, fanbase menjual cemilan kering, fanbase membuat aneka kue dan sempat menerima orderan donat pun membuka warung kecil-kecilan pada tahun 2020. Selesai sampai disitu? Jelas tidak, di bulan April 2021 kami pindah ke Tebing Tinggi. Menyesuaikan diri dengan lingkungan baru lagi akhirnya memantik keinginan untuk mencoba mengajar di beberapa sekolah. Hasilnya? Nihil, haha…

Tidak mengapa, aku selalu optimis dan percaya bahwa suatu saat nanti akan ada jalan tak terduga dari Allah untukku yang hobi menimba ilmu.

Afirmasi Positif Mempertemukanku Pada Dunia Kepenulisan

Afirmasi positif selalu aku gaungkan dalam benakku, diimbangi dengan kekuatan mencari informasi, akhirnya aku menemukan beberapa komunitas dan fanbase facebook penulis novel online. Perjumpaanku pada komunitas menulis novel online ini kuyakini karena afirmasi positif yang tertanam dalam hati kalau suatu saat nanti aku bisa seperti mereka, menulis novel online hingga menghasilkan jutaan hingga puluhan juta rupiah.

Skill menulis terus kuasah, hingga pada pertengahan Mei 2022, muncul lah sebuah ide untuk menantang diri sendiri menulis di social media setiap hari selama satu bulan. Pucuk dicinta ulam pun tiba, begitulah pepatah yang sering kudengar untuk mengibaratkan sesuatu yang kita harap-harap akhirnya datang jua. Salah seorang pengguna social media Instagram menyukai postingan tiga puluh hari menulis yang aku ciptakan sendiri dengan tag line #WritingIsHealing.


Dari sinilah aku bertemu komunitas keren yang dihuni oleh ratusan orang-orang keren lainnya. Ya. Komunitas One Day One Post. Dengan tekad hati yang bulat disertai dengan penuh semangat meski beberapa kali sempat gagal membuat blog, aku tidak hilang akal, aku terus mencoba dan tak disangka namaku tertera sebagai salah satu peserta yang lolos.


Awalnya aku berpikir bahwa komunitas One Day One Post akan mengusung konsep yang aku kerjakan sebelumnya yaitu menulis setiap hari, karena begitulah makna harfiah dari One Day One Post, ‘kan? Ternyata aku salah. Komunitas ini bahkan memberikan lebih dari apa yang aku bayangkan. Komunitas yang rela menggembleng kami seluruh peserta yang dinyatakan lolos sebanyak dua puluh delapan orang secara gratis, benar-benar gratis. Yang awalnya aku kira hanya akan diminta menulis biasa setiap hari selama dua bulan, nyatanya ada banyak kelas dan pemateri yang luar biasa dihadirkan komunitas ini. Mulai dari belajar bagaimana mengenal cara kerja blog, menulis tulisan fiksi dan non fiksi, mengenal penerbit, memperdalam ilmu puisi, mengetahui bagaimana teknik menulis pembukaan untuk sebuah tulisan non fiksi dan fiksi, mempelajari penulisan yang baik dan benar, bagaimana menulis opini dan esai, dan yang tidak kalah penting bagaimana membranding diri agar orang dapat mengenal siapa kita. Sungguh, semua itu diluar dugaanku. Materi dan pemateri yang dihadirkan tidak tanggung-tanggung, mereka adalah orang-orang hebat dengan berjuta prestasi di dunia maya maupun dunia nyata. Sungguh ini adalah anugerah serta rejeki yang tidak ternilai harganya.

Memiliki Keluarga Virtual

Dua bulan digembleng bersama, dua bulan melakukan kegiatan yang sama, sama-sama berjuang menuliskan kata demi kata dengan jumlah kata yang kian bertambah di tiap minggunya, belum lagi tantangan yang hadir mengisi pekan-pekan penuh kenangan, bagaimana mungkin rasa persaudaraan itu tidak tumbuh? Meski tidak pernah bertatap wajah. Namun, semangat untuk sama-sama maju sampai ke puncak terasa hingga ke relung hati.

Di Kelilingi Orang Hebat Luar Biasa

Mataku semakin terbuka tatkala di setiap Senin kami secara begantian diminta menjadi bintang pada grup OPREC ODOP batch 10. Sebuah momen yang aku tunggu dan aku perjuangkan (maklum … narsis pengen nampilnya enggak hilang-hilang, haha…)

Setiap Senin malam aku selalu dibuat takjub dengan para peserta yang ternyata bukan orang biasa. Mereka bahkan sudah lebih dulu malang melintang di dunia blogging juga dunia kepenulisan namun tetap ingin berjuang agar dapat bergabung di grup besar ODOP. Hal ini membuktikan bahwa grup ODOP benar-benar luar biasa. Aku bangga bisa bertemu dan berkesempatan gabung di sini. Terima kasih kakak-kakak PJ ODOP Squad yang luar biasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat serta berkah untuk kehidupan kalian. I Love You!

Dan yang semakin membuat aku amazed adalah, sehebat apapun para peserta Oprec ODOP, mereka sama sekali tidak pernah “sengaja” menampilkan diri meminta diakui bahwa mereka hebat, no, tidak pernah. Rahmat seperti ini yang selalu aku syukuri sejak dulu, Allah mempertemukanku dengan orang-orang hebat yang tidak ingin dianggap hebat. Salut.

Karya yang Tidak Sembarangan

Di pertengahan bulan Juli, kami sempat diberikan tugas untuk mengulas salah satu cerpen yang ada di rubrik lakon ngodop.com, website resmi para anggota ODOP untuk menampilkan karya mereka, tentu saja karya yang ditampilkan di sana bukan karya sembarangan, ada tim khusus untuk memantau juga memilih karya seperti apa yang pantas untuk mejeng di ngodop.com, pastinya karya yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Bahkan sempat beberapa kali aku dibuat takjub dengan tulisan-tulisan mereka. Pantaslah komunitas ini selalu dinantikan momen rekrutmennya.

Sebagai penutup, aku sebagai salah seorang peserta OPREC ODOP Batch 10 ingin mengucapkan banyak terima kasih atas kesempatan berharga yang tidak akan ternilai harganya. Dan aku ingin menyampaikan pada teman-teman yang sekiranya akan mampir dan membaca tulisanku ini.

“Hidup itu pilihan, kita memilih apapun pasti ada konsekuensinya. Hidup itu tantangan, sesulit apapun tantangannya, kita pasti mampu menghadapinya.”

Yuk! Bersinar dan berkarya bersama komunitas One Day One Post. Tahun depan, aku bakal spill deh info pendaftaran anggota ODOP Batch 11. See you

Komentar

  1. Suka banget sama quote di akhirnya, berasa diyakinin buat yakin bisa mengakhiri semua permasalahn saat ini.
    Ngomong-ngomong kakak banyak pengalamannya ya, salut banget sama karakter kakak yg suka dan mau belajar hal baru.
    Gapapa kak, org bikin aplikasi kita malah baru main blog wkwk. Engkau tidak sendiri.

    BalasHapus
  2. Terima kasih untuk tulisannya mbak :')

    BalasHapus
  3. Keren banget mbak tulisannya dan pengalamannya juga gak main-main ternyata. Duh, aku kaya gak ada apa-apanya nih hihihi

    Quote terakhirnya ngena di hati euyyy. Namamya juga hidup pasti ada aja ujiannya wkwk

    BalasHapus
  4. Betul, Kak. ODOP enggak hanya meminta kita untuk konsisten selama dua bulan. Akan tetapi, juga meminta kita untuk serius dan belajar dari kelas-kelas yang disuguhkan. Keren sih, aku kalau ikutan writing maraton biasanya cuma fokus di konsisten, enggak ada kelasnya.

    BTW ini ceritanya bikin aku mikir kayak aku tug butuh afirmasi positif untuk mendatangkan hal-hal baik dan kabar baik ke depannya. Huhu.

    BalasHapus
  5. Nggak nyangka ya kak kita udah berada di akhir dan kita masih sama-sama jadi terharu, btw pengalamannya banyak banget ya, keren kak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer