Ulasan Film "Story of Dinda" (Second Chance of Happiness)

Juli 01, 2022
4 komentar

 Apa yang sobat HujanPena di kala senggang? kalau saya pribadi, saya akan memilih untuk menonton film sederhana, ringan dan tidak terlalu banyak konflik. Salah satunya film yang akan kita ulas ini.

Film berjudul "Story of Dinda : Second Chance of Happiness" yang merupakan sekuel dari film "Story of Kale : When Someone's in Love, juga merupakan bagian dari film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini".



Film ini tayang perdana di platform Netflix pada tanggal 2 Juni 2022, film yang diperankan oleh Aurelie Alida Marie Moeremans sebagai Dinda, Ardhito Rifqi Pramono sebagai Kale, dan Abimana Aryasatya sebagai Pram. 

Film ini mengisahkan kisah hubungan antara Kale dengan Dinda dari sudut pandang Dinda sebagai seorang cewe juga pacarnya Kale, hubungan mereka yang tidak sehat dengan Kale yang selalu posesif, membuat Dinda merasa hubungan ini tidak berjalan kemana-mana, hanya jalan di tempat saja. 

Film yang diproduseri oleh Tersi Eva Ranti ini seyogyanya adalah film bergenre drama romansa, dengan durasi film kurang dari 60 menit ini, mampu menyampaikan sudut pandang Dinda sebagai pacar Kale yang ingin terbebas dari sebuah hubungan toxic. 



Pada Scene awal, kita akan diperlihatkan adegan Kale yang sedang memainkan piano dan dialog Dinda "Aku mau kita putus, Le, iya kita putus aja."

Dinda yang diperankan oleh Aurelie Moeremans tidak sengaja bertemu dengan Pram yang diperankan oleh Abimana Aryasatya dalam acaranya promosi salah satu teman mereka-Nina.

Film ini unik, ditambah dengan plot maju-mundurnya, penonton dibuat terhanyut oleh beberapa dialog yang begitu relate dengan kisah hubungan tanpa ujung. 

Dinda, dengan hubungannya yang tidak berkembang, merasa terkekang dengan sikap Kale yang sangat posesif, selalu mementingkan ego dan kepentingan pribadinya dibanding kepentingan orang lain, justru bertemu dengan Pram-berstatus suami orang, dengan nasib rumah tangga yang tidak kalah peliknya. 

Merasa memiliki nasib yang sama, terjebak dalam sebuah hubungan tanpa ujung, Dinda dan Pram menjalin keterikatan satu sama lain, Dinda menemukan ruang baru dari kedekatannya dengan Pram, ia menjadi pribadi yang bebas, bebas menentukan pilihan untuk dirinya sendiri, bebas menjadi dirinya tanpa harus terus-menerus diatur oleh Kale yang posesif. 

Dari pertemuan demi pertemuannya dengan Pram, akhirnya Dinda mampu memilih dan bersikap untuk melepaskan dirinya dari sebuah hubungan toxic, begitu juga dengan Pram.

Namun, di akhir cerita, saat Pram mengutarakan isi hatinya kepada Dinda, mengajaknya untuk memulai hidup bersama-sama, memulai semuanya dari nol, Dinda justru menolak. Ia hanya ingin menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi pribadi yang mampu mempertanggung jawabkan dirinya sendiri, menjadi pribadi yang lebih bahagia untuk dirinya bukan bahagia karena milik orang lain. 

Pesan Yang Ingin Disampaikan

1. Sabar menghadapi masalah 

Karena ini adalah sekuel dari film sebelumnya yang pasti mengisahkan hubungan Kale dan Dinda dari perspektif Dinda, sudut pandang Dinda yang merasa terkungkung dan ingin melepaskan diri namun tidak tahu harus bagaimana. Adegan dalam film ini didominasi oleh curhatan, keluhan Dinda terhadap Kale yang ia curahkan pada Pram.

Mungkin kita adalah salah satu dari Dinda, ada banyak sekali Dinda-Dinda di luar sana yang terjebak dalam sebuah hubungan penuh kebohongan. Kebohongan merasa sangat mencintai seseorang sehingga melarang geraknya, yang padahal itu hanyalah cerminan dari sisi egois kita, dan juga kebohongan kita merasa bahagia dicintai dengan cara yang salah, membenarkan sikapnya hingga kita sendiri tidak lagi mengenal siapa dan mau apa kita, kita kehilangan hak kita untuk memilih. 

"Semua masalah pasti memiliki solusinya- Pram"

Kita sering merasa sendiri saat sedang memiliki masalah, sehingga satu dunia harus tahu kalau kita sedang sedih. Alih-alih mendapatkan banyak dukungan, kita semakin merasa masalah ini hanya berputar disitu-situ saja, belum lagi orang-orang semakin menghindar dari kita karena jelas mereka tidak ingin tersangkut dalam masalah orang lain, kan? padahal, dilalui dengan tenang ataupun tidak, semua masalah memiliki solusinya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menyikapi persoalan itu dengan sabar dan kepala dingin atau dengan emosional. 

 2. Love Language itu Penting

Karena film ini bergenre romansa, pasti sedikit banyaknya menyelipkan adegan romansa nan manis di dalamnya, salah satunya ialah love language yang dilakukan oleh Pram untuk Dinda, dalam adegan Dinda yang sedang mencurahkan isi hatinya, Pram melakukan tindakan kecil yang membuat Dinda merasa penuh. Pram menoleh, memutar badan dan mendengarkan Dinda bercerita dengan penuh atensi. Sikap itu langsung mendapat validasi oleh Dinda. Ia mengatakan bahwa sikap seperti itu tidak pernah dilakukan Kale selama mereka menjalin hubungan. 

"Komunikasi penting untuk mempertahankan sebuah hubungan." 

Pernah mendengar pernyataan begitu, pasti pernah. Namun, komunikasi yang berjalan baik saja nyatanya tidak cukup, perlu adanya apresiasi kecil dari kita untuk pasangan, bentuk menghargai, bentuk cinta, bentuk perduli yang mungkin sulit untuk disampaikan lewat ucapan atau ungkapan. 

3. Kita Berhak untuk Bahagia

Bahagia itu milik semua orang, kita berhak untuk bahagia, kita berhak untuk memilih bagaiman hidup kita, dengan siapa kita akan bersama, tentunya semua itu harus mampu kita pertanggung jawabkan, ya.

Namun, tidak sedikit dari kita, orang-orang di sekitar tetap memilih hidup jauh dari kata bahagia. Berusaha untuk tetap menjalani kehidupan dengan sisa-sisa harapan. memilih untuk tetap diam meski tahu kalau semuanya tidak akan berubah, hanya jalan di tempat. Kita berhak untuk bahagia, kita berhak memutuskan, bukankah jika kita bahagia, maka siapa pun yang berada di sekitar kita juga akan merasakan kebahagiaan yang sama? 

Kesimpulan Ulasan Film "Story of Dinda : Second Chance of Happiness"

Film ini layak untuk ditonton, dengan rate 7+, film ini ringan, tidak terlalu banyak adegan dewasa seperti layaknya film bergenre romansa lainnya, film yang berdurasi 59 menit ini cocok untuk mengisi weekend-nya sobat HujanPena semua. Merasa memiliki masalah dengan kisah percintaan? hubungan yang toxic dengan segala kerumitan di dalamnya, atau merasa terkungkung dalam kurungan masalah panjang? Mungkin film ini cocok untuk dijadikan referensi. 

Selamat menonton dan selamat berakhir pekan sobat Hujanpena...


Komentar

  1. Mumpung lagi cari tontonan ni, sepertinya aku akan segera nonton ini sih. Dari ulasannya sepertinya film ini cukup menarik selain itu ada pesan-pesan juga di filmnya.

    BalasHapus
  2. Bener..
    Filmnya singkat namun padat. Cocok sebagai hiburan di kala weekend

    BalasHapus
  3. Ini ceritanya menarik sih, kalau kubaca di sini konfliknya sebenernya berat, deh, Kak, soalnya di sini Pram adalah suami orang walaupun hubungan juga sama peliknya dengan Dinda. Itu berat sih, ditambah hubungan toxic dari si Kalen pasti butuh hati dan pikiran yang tenabg huga buat nontonnya wkwk.

    Aku udah nonton yang NKCTHI, tapi belum nonton yang Kale sama Dinan udah terlalu sika bangett sama NKCTHI, xixi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... Film NKCTHI emang berhasil buat hati teraduk-aduk ya kan

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer