Dark Desire - Chapter Four

Juli 16, 2022
3 komentar


Dark Desire – Chapter Four

Dua minggu berselang, Rini berhasil menjalankan misinya dengan baik, jelas ia merasa senang. Akan tetapi ia sadar, Rana pasti akan kembali suatu hari nanti. Wanita itu cerdas, ia akan menemukan jalan untuk keluar dari tempat persembunyian itu cepat atau lambat. Kini Rini mulai mencari cara bagaimana untuk segera menghabisi nyawa Rana agar tidak ada yang dapat menghalanginya, apalagi harta warisan yang diperuntukkan untuk Rana belum disentuh olehnya, jika Rana mati, pasti harta untuk Rana akan jatuh ke tangan Rini.

Di tengah khayalan Rini, sebuah pesan masuk ke dalam gawainya. Pesan dari seseorang yang ia hapal betul apa tujuannya kali ini menghubungi Rini.

“Mau sampai kapan kita menyekap Dia?

Tulis seseorang di seberang sana. Siapa lagi kalau bukan Antonius. Tanpa pikir panjang, Rini merasa ini lah saatnya untuk dia menyampaikan rencana selanjutnya untuk menghabisi nyawa Rana.

“Can we talk by phone?”

Tanpa menunggu lama, Rini segera mencari posisi yang aman untuk dapat berkomunikasi lewat telepon dengan Anton.

“Halo, gimana? Sudah kamu apakan Rana?” tanyanya di ujung telepon.

“………………………………….”

“Apa? Lambat banget sih kamu. Masa belum diapa-apain? Gimana kalau kita bunuh saja dia! Ide bagus, ‘kan? Untuk soal bayaran, gampang itu,” tutur Rini tidak berdosa. Ia benar-benar sudah kelewat batas.

“………………………………..”

“Oke. Aku setuju, kita bawa saja Rana ke sana. Kita tinggalkan, dan orang-orang akan mengira kalau dia bunuh diri dengan sengaja berdiri di tengah rel kereta api.”

Rini benar-benar puas, sebentar lagi rencananya akan berhasil. Lusa Anton akan membawa Rana ke suatu tempat di mana terdapat sebuah rel kereta api di dekat hutan dengan tidak banyak pemukiman. Di sana Rana akan di tinggalkan seorang diri saat jadwal kereta api melintas.

Rini sudah membayangkan kehidupannya akan sebahagia apa, memiliki suami tampan, penuh perhatian dan tentunya kaya-raya. Ia juga sudah memimpikan akan mengandung dan membesarkan anak-anak Andre dengan senang hati. Namun sayang, ia tidak tahu kalau seluruh rumah sudah di pasang CCTV yang dapat menangkap seluruh gambar dan suara di rumah itu.

Di ruang kerja, Andre mengamati setiap gerak-gerik Rini yang cukup mencurigakan, dimulai dari Rini yang terlihat tertawa terbahak-bahak padahal tidak ada satupun yang sedang ia tonton ataupun dibaca yang membuatnya bertingkah demikian. Ditambah lagi dengan tingkahnya sehabis sarapan yang memilih menyembunyikan diri ke sudut rumah yang jarang dijamah oleh siapapun termasuk Andre dan asisten rumah tangga.

Segala tipu muslihat Rini ternyata masih dapat ditebak oleh Andre. Itu lah sebabnya mengapa Andre memasang CCTV di setiap sudut rumah bahkan di tempat yang tidak terpikirkan bakal diletakkan alat pengintai.

Andre mendengar semuanya. Semua rencana Anton dan Rini. Kini, Andre tampak berpikir, raut wajahnya yang teduh dan menyejukkan siapapun yang memandang kini berubah tajam dan bengis, seolah ia memiliki dua kepribadian yang bisa disesuaikan. Tangannya mengepal, rona merah penuh amarah di wajahnya seketika membaur menjadi satu. Gegas dia mengabil ponsel dan mencari sebuah nama.

“Halo. Saya butuh kamu sekarang. Kita ketemu di pintu tol Trans Jawa. Saya butuh empat orang. Untuk lebih lengkapnya akan saya kirim melalui pesan.”

Suara Andre menggelegar memenuhi ruangan. Lewat sambungan telepon, ia menentukan janji dengan beberapa orang. Tol Trans Jawa adalah tol yang menghubungkan antara Jakarta menuju Madiun. Kelihatannya Andre sedang bersiap untuk menyelamatkan Rana bermodalkan petunjuk yang ia dengar dari percakapan Rana palsu.

Sesampai di pintul tol Trans Jawa, Andre bertemu dengan Leon, seorang agen illegal yang biasa digunakan oleh kalangan kelas atas jika mengalami suatu masalah. Leon tidak sendiri, ia membawa empat anak buahnya untuk menjalankan perintah Andre. Leon hampir sama dengan Anton dalam menjalankan tugasnya, mereka illegal,tapi sepak terjang mereka tidak dapat dianggap remeh. Bedanya, Leon bekerjasama dengan polisi, meski illegal, mereka dipercaya untuk membantu polisi menelusuri kasus-kasus yang tidak dapat dijangkau polisi, apalagi untuk kasus-kasus terdesak. Jika mengharapkan gerak dari aparat kepolisian, pasti akan memakan waktu yang lama, mengingat birokrasi yang sulit.

***

“Paman Anton?” tanya Rana. Betapa terkejutnya Rana, ketidaksengajaan ia yang hendak ke kamar kecil menjadi jalan baginya untuk menguak misteri ini. Rana bertemu Anton.

Rana baik-baik saja, bahkan sangat baik. Hanya saja ia tidak bisa keluar dari rumah itu. Seluruh pintu dan akses keluar ditutup rapat-rapat. Mendengar ada suara seseorang, Rana semakin mempercepat langkahnya. Dan siapa yang ada di hadapannya sungguh di luar dugaan.

“Ra-Rana? Kamu? Sedang apa di sini?” tanya Anton terkejut.

“Paman sendiri? Sedang apa? Aku mendengar namaku disebut.”

Anton kikuk, mana tega dia menyakiti wanita yang dicintainya.

“Tolong jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi. Paman tidak akan mungkin menyakitiku, ‘kan?” ucap Rana meminta kejelasan.

“Baiklah akan aku ceritakan padamu semuanya, tapi tolong. Setelah ini kamu harus mau mengikuti scenario yang kubuat. Agar Rini tidak curiga,” jelas Anton pada Rana yang dibalas dengan raut penuh pertanyaan. Ada apa ini sebenarnya?

Sudah kepalang basah, Anton mau tak mau harus menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi dan yang akan terjadi pada Rana. Meski konsekuensinya Rana akan mengetahui siapa saja orang-orang serakah yang telah merusak kehidupannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                      

Komentar

  1. Ini menandakan ka Siti imajinasinya berkembang. Bikin genre thriller klo menurutku yg tersusah diantara genre lainnya. Keren euy...

    BalasHapus
  2. Anton ini kukira bakal seram atau gimana. Sayang banget juga dia ga manfaatin kesempatan ini untuk memohon sama Rana kalau semuanya sudah selesai biar dia ga ditangkap (oke ini maksa banget)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer