Menangkap Isu Viral Menjadi Opini, Emang Bisa?
Tepat seminggu yang lalu, kami
seluruh peserta OPREC ODOP Batch 10 mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana
menulis sebuah gagasan menjadi sebuah tulisan yang enak untuk dibaca, khususnya
sebagai blogger, tulisan apik memiliki daya tarik tersendiri untuk pembaca yang
singgah ke blog kita. Yap, materi keren seputar bagaimana menulis opini yang
bagus dibahas tuntas oleh pakarnya – Mba Utami Ningsih.
Karena jujur, saya sedikit merasa
kesulitan untuk menulis opini. Maka, kelas menulis opini tidak akan saya
lewatkan. Begitu juga dengan materi yang sangat lengkap, tak akan saya biarkan
menguap begitu saja. Kali ini, saya akan merangkup poin-poin penting tentang
bagaimana menulis sebuah opini yang ciamik dan disukai pembaca. Apa
saja? Yuk! Baca dan simak sampai habis, ya…
Apa sih, yang
dimaksud dengan tulisan berbentuk opini?
Tulisan Opini adalah tulisan
berisi gagasan atau pendapat pribadi yang dibuat untuk merespons suatu kejadian
atau berita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Opini adalah :
Pendapat, pikiran, gagasan.
Karena opini bersifat gagasan,
maka tidak heran jika ciri-ciri opini biasanya: subjektif, argumentatif dan
tanggapan atas suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi.
Opini adalah salah satu contoh
tulisan nonfiksi yang memiliki manfaat melatih daya berpikir kritis kita
sebagai penulis, juga sebagai wadah untuk kita menuangkan pendapat pribadi
terhadap suatu hal yang sedang viral. Contohnya, seperti tragedi yang dialami
oleh Ibu Kanti Utami, banyak dari kita yang langsung berkomentar tentang apa
yang beliau alami, ada yang berkomentar lewat sosial media masing-masing, ada
juga yang berkomentar melalui kolom komentar akun Instagram lambe-lambean. Bagi
saya, berkomentar paling elegan ialah mengomentari suatu tragedi viral lewat
tulisan opini pada sebuah blog.
Dalam menulis opini, pastinya ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : peka terhadap isu/kabar,
sebaiknya tulis sesuatu yang diketahui atau dikuasai, tulisan berdasarkan
pendapat pribadi/ sesuai sudut pandang pribadi, memiliki pesan utama, memiliki argumen
yang kuat, bersifat relevan,menggunakan gaya Bahasa menyesuaikan dengan target
pembaca, dan memasukkan data, fakta, ataupun cerita yang menjadi titik awal
lahirnya opini.
Setelah mengikuti kelasnya, saya
menyimpulkan bahwa dalam menulis sebuah opini, hal paling mendasar yang harus
dilakukan adalah rajin membaca bacaan serupa. Tidak relevan rasanya, jika kita
ingin mahir menulis opini, namun, isi keranjang bacaan kita justru puisi atau
cerpen. Dengan rajin membaca tulisan-tulisan opini, secara tidak langsung kita
akan terbiasa dengan paparan khas yang dimiliki tulisan opini, bukan?
Selain itu, peka melihat sekitar
juga merupakan kiat yang dapat kita praktikkan untuk menulis sebuah opini. Meski
opini harus menyertakan data, fakta yang kuat, bukan berarti Ketika menulis
opini esensi dari pikiran atau pendapat pribadi kita justru menghilang. Jangan sampai
pula, lebih banyak data yang dipaparkan ketimbang pendapat kita sebagai
penulis.
Lalu, ada yang bertanya, apakah opini
sama dengan artikel atau esai? Jawabannya, iya sama. Artikel dan esai umumnya
juga menampilkan data dan fakta terhadap suatu yang dibahas. Kemudian, ada lagi
yang bertanya, bagaimana dengan ulasan? Apakah ulasan masuk kategori opini? Jawabannya
tidak ya sobat HujanPena. Karena, umumnya ulasan digunakan untuk mengulas
secara detail tentang suatu produk, film, buku, yang menuliskan sisi kelebihan
dan kelemahannya. Jarang menampilkan pendapat kita pribadi Ketika menuliskan sebuah
ulasan.
“jangan pernah lupakan, kamu tidak akan bisa menulis dengan baik, kalau kamu tidak suka membaca!” -Maman Suherman-
Dari penjelasan di atas,
sepertinya mulai sekarang saya harus sering-sering membaca tulisan-tulisan
opini, deh, agar lebih mahir dalam menulis opini. Kalau sobat HujanPena
lainnya, ada tips apa nih untuk mahir menulis sebuah opini? Tulis di kolom
komentar, ya…
menulis opini ini sama dengan mengasah otak mba. sebab penulis disuruh mengemas pendapat dari khasanah ilmu yang di dapat. ini berkaitan sekali dengan peran bloger, apalagi jika ikutan lomba, lama-lama skill menulis akan terasah. KArena penulis itu harus merasakan tulisan semua genre
BalasHapussetuju Kak Windi. Beberapa kali menulis tulisan nonfiksi selain opini pun lama kelamaan skill menulis saya terasah. Tetap semangat kita ya Kak Windi
HapusKemarin baru ajah ada materi ini di odop, sekarang baca ini, rasanya semakin diingatkan dengan materi ini, makasih ya mbak
BalasHapusKembali kasih.. Senang kalau pembaca juga senang.
Hapus