Sesuatu yang Berlebihan
Kita selalu memandang kehidupan dari dua sisi yang berbeda. Ada sisi baik dan sisi buruk, atau sering menyebutnya sisi positif dan sisi negatif. Penilaian kita tentu berbeda pula untuk menilai sesuatu menjadi positif atau justru negatif, kan?
Sama halnya dengan hal-hal yang berlebihan, salah satu sikap
yang tidak baik untuk dipertahankan adalah berlebihan. Banyak sekali dampak negatif
berlebihan. Berlebihan makan misalnya, pasti tidak akan baik untuk tubuh kita,
lambung akan terasa begah dan enggak nyaman untuk beraktivitas lain.
Makan berlebihan sepertinya cocok saya bahas kali ini,
karena biasanya di setiap momen lebaran atau hari besar lainnya, lidah dan mat
akita akan dimanjakan dengan banyak sekali makanan enak penuh lemak yang
tersaji di meja makan. Siapa yang tidak akan tergoda? Tadi pagi misalnya,
selepas shalat idul adha, ibu sudah menyiapkan santapan lontong lengkap dengan
teman-temannya, mulai dari ayam gulai, atau ayam opor, sayur gulai khas lontong
Medan, tauco, mie gomak dan tidak ketinggalan sambal teri tempe, khas lontong
Medan sekali.
Seharian makan makanan berlemak, belum lagi besoknya, hidangan
berbahan dasar daging hasil kurban pasti tersaji menjadi menu utama di rumah,
rendang daging, dendeng balado, tongseng daging sapi, sate daging, dan masih
banyak lagi. Apakah itu semua baik untuk Kesehatan? Maka tidak heran, dua
minggu selepas idul adha mulai berdatangan penyakit tahunan, yaitu sakit perut,
susah buang air kecil. Bukan… bukan salah dagingnya, namun, pola konsumtif kita
yang perlu dievaluasi, seberapa penting dan perlu kah asupan gizi dari daging kita
konsumsi per hari?
Itu baru satu contoh sikap berlebihan dari segi makanan, saya
jadi teringat salah seorang teman blogger pernah menuliskan tentang pola makan
Rasulullah, Rasulullah makan secupknya dan seperlunya saja, tidak berlebihan
bahkan sering menjalankan puasa.
Lantas kita? Wah… kalau ada kedai makanan atau kedai kopi
yang baru launching, sudah pasti kita ingin menjadi orang pertama yang
mencobanya, benar?
Sikap-sikap berlebihan ini perlu disikapi dengan bijak,
kesannya segala yang berlebihan ini buruk dan membawa dampak buruk. Padahal tidak
berlaku selamanya, memang berlebihan dalam berbicara, berlebihan tidur,
berlebihan makan akan mendatangkan penyakit. Sebagaimana dalam hadist Al-
Baihaqi dikatakan :
“Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan, dan banyak tidur” (HR. Al-Baihaqi)
Berlebihan dalam berolahraga juga membawa dampak buruk untuk
Kesehatan, lho. Nah… baru tahu, kan? Berlebihan Ketika berbahagia, berlebihan Ketika
bersedih juga tidak membawa dampak baik, justru sebaliknya. Sering kita dengar
pepatah yang mengatakan “ Sedih dan Bahagia sewajarnya.”
"Segala sesuatu yang berlebihan (al-ghuluw) adalah tidak baik. Allah Swt menegaskan dalam Al-Qur'an: Katakanlah hai Ahli Kitab, janganlah kalian belebih-lebihan(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Nabi Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus )." (Q.S. Al-Maidah/3: 77).
Ada satu lagi, berlebihan memikirkan masa depan. Setiap insan
manusia telah dijamin Allah tiga hal : Jodohnya, Rejekinya, Mautnya. Lalu,
mengapa kita masih khawatir dengan rejeki? Dengan masa depan kita? Ibu saya
pernah mengatakan, sebenarnya kata-kata ini disampaikan untuk menasihati adik
laki-laki saya, beliau mengatakan “Rejeki kaya atau tidak setiap orang sudah
ada garisnya masing-masing, kalau semasa hidup rejeki kita segini yasudah tidak
apa-apa, mau dicari sampai jungkir balik ngoyo-nya kalau bukan takdir kita ya
tidak akan untuk kita.”
Tertegun saya, kebetulan sekali, dua hari sebelum Ibu saya
menyampaikan itu, saya sempat membaca tulisan teman blogger saya tentang rejeki
ini. Ada hamba Allah yang bekerja sewajarnya, rejeki? Alhamdulillah mengalir
lancar aja. Sebaliknya, ada hamba Allah lain yang bekerja siang malam, semua
dilakoni, rejeki? Alhamdulillah ada aja jalan keluarnya, enggak pernah betah.
Itu tadi sekelumit sisi negatif berlebihan. Balik ke kalimat
awal saya tadi, bahwa semua hal dalam hidup ini memiliki dua sisi, ada negatif
dan positifnya. Jika tadi membahas sisi negatif, mari sejenak kita melihat dari
sudut pandang positif. Ada banyak sikap berlebihan yang justru membawa
kebaikan. Apa contohnya? Berlebihan dalam bersedekah, semakin banyak
kita bersedekah, bukannya uang kita habis, rejeki kita habis, justru rejeki
malah dating dari arah mana saja, betul?
Berlebihan dalam kebaikan. Setiap habis maghrib, ada
seorang Ibu muda yang rela tanpa pamrih mengajari anak-anak di sekitar musholla
untuk mengaji, bukannya malah capek, sang Ibu justru mendapat banyak curahan
kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya.
Berlebihan dalam berkarya. Menjadi manusia memiliki
masa, kita pasti mati. Tidak ada yang abadi, tetapi jika selama kita hidup,
kita justru membuat banyak karya positif untuk bangsa dan agama, kelak akan
berguna untuk anak cucu kita juga seperti membuat buku anak-anak islami, atau
membuat konten youtube doa-doa anak islami, ataupun membuat video pembelajaran
yang berguna bagi sesiapa yang melihatnya. Apa kita merasa rugi telah menyebarluaskan
ilmu yang bermanfaat meski kadang tidak terlihat? Jawabannya tidak. Ilmua itu
lah yang nanti yang akan terus mengalir menjadi amal jariyyah kita, pemberat
timbangan amal kita.
Saya selalu senang memandang sesuatu dari dua sisi yang
berbeda, agar lebih netral dalam menyikapinya. Tidak semata mendukung sesuatu
sepenuhnya atau menjelekkan sesuatu sepenuhnya. Karena saya selalu percaya,
setiap hal memiliki dua sisi. Sama seperti kehidupan kita, ada sisi terang
(siang) dan ada sisi gelap (malam). Keduanya sama-sama indah sesuai porsinya, kan?
https://news.detik.com/berita/d-5558692/melarang-berlebihan-dalam-beragama
Artinya dengan ada duanya sisi dalam kehidupan, terutama dalam hal-hal yang berlebihan ini. Artinya kita harus menyeimbangkan supaya semuanya dapat berjalan dengan baik untuk kehidupan kita.
BalasHapusmenyikapi kehidupan dan apa yang terjadi di dalamnya, harus dengan dua kacamata yang berbeda, Dek. Agar tetap bijak.
Hapus"Setiap insan manusia telah dijamin Allah tiga hal : Jodohnya, Rejekinya, Mautnya"
BalasHapusKata2nya ngena bgt mbak 😢 selama ini hidup di lingkungan yg selalu menuntut kerja terus, alasannya karena "kalau dia bisan kamu pasti bisa" sebenarnya nasehatnya baik tp kadang jd tujuan hidup sebenarnya terhalangi sm tujuan gengsi 😔
iya Kak Hila, kita terus-terusan ngoyo dengan hal yang Allah sudah jamin, dan lupa mempersiapkan hal-hal yang belum Allah jamin.
Hapus