Dark Desire - Chapter Five ( The End)

Juli 17, 2022
6 komentar

 Dark Desire – Chapter Five

"Dunia adalah tempat berkumpulnya manusia dengan berbagai rupa. Ada yang baik, ada juga sebaliknya. Akan tetapi kita hanyalah manusia yang mana pasti pernah berada atau memiliki dua sisi di saat yang berbeda. Tidak selamanya manusia A baik, juga tidak selamanya manusia B buruk, semua bisa berubah. Bukankah Allah yang berhak membolak-balikkan hati manusia?"

***

“Sayang, nanti siang kamu makan di kantor atau di apartment?” tanya Rini pada Andre pagi itu.

Hari ini adalah hari eksekusi yang sudah dinantikan Rini. Dia sudah tidak sabar ingin menjadi ratu seutuhnya untuk Andre. Tepat pukul sembilan malam Rini akan pergi ke tempat yang sudah ditentukan. Dia berencana akan meminta izin Andre siang ini.

“Aku makan siang di luar aja sayang, ada jadwal meeting juga dengan client di salah satu restoran, aku makan di sana aja.”

Kedua menyimpan rencana tersendiri, larut dalam keserakahannya masing-masing.

Andre segera menghubungi Leon untuk menjalankan rencana mereka. Pagi ini Andre akan langsung melaju ke tempat penyekapan Rana. Andre yang ditemani oleh bodyguard pribadinya, Leon serta empat anak buahnya sudah mengetahui di mana lokasi penyekapan Rana, rencananya mereka akan membebaskan Rana siang ini dan langsung membawanya ke suatu tempat tersembunyi agar rencana Rini dan Anton gagal.

Tidak disangka, sejak rencana penyekapan Rana, Anton ternyata sudah memprediksi hal ini, selain mengambil data-data pribadi Rana, Anton juga telah menyadap seluruh gawai dan perangkat elektronik pribadi Andre tanpa sepengetahuannya. Teknologi sudah sangat mutakhir sekarang, apa saja dapat dilakukan selagi uang yang bekerja.

***

“Halo Bos. Target telah memasuki tol, mengendarai dua mobil sport dengan warna hitam. Total mereka ada tujuh orang,” bisik anak buah Andre dalam telepon. Andre yang sudah mengetahui rencana mereka, segera menyuruh anak buahnya untuk bersiap di seluruh jalan perlintasan Jakarta menuju Madiun, termasuk tol Trans Jawa.

“Oke. Pantau terus pergerakan mereka. Kabarkan teman yang lain.”

Setelah mengetahui bahwa Andre sudah menuju lokasi, Anton bergegas mempersiapkan jebakan lain. Ia ingin Andre mengira bahwa Rana dibawa ke apartment pribadinya di Kawasan Jakarta Timur. Dengan demikian, Anton akan leluasa mempertemukan Rini dan Andre untuk dapat menguak aksi yang selama ini dilakukannya. Rencana ini diluar sepengetahuan Rini tentunya. Kabar terakhir yang Rini dapatkan, bahwa tepat pukul dua siang, dia akan dijemput oleh salah satu anak buah Anton untuk dibawa ke apartment pribadi Andre yang Rini tidak ketahui sebelumnya.

“Bagaimana? Sudah ada kabar tentang Mas Andre dan Mbak Rini?” tanya Rana. Ia yang kini sudah mengetahui apa dilakukan Andre untuk menemukannya, juga rencana Rini yang ingin menghabisi nyawanya. Sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin Anton sampaikan pada Rana, tapi Andre menahan agar Rana dapat melihat langsung apa dan siapa saja dalang di balik semua ini.

“Aman. Kamu akan dibawa oleh Nikolas ke Apartment terlebih dahulu, sebelum Rini dan Andre tiba. Di sana kamu akan diberi satu buah koper yang berisi semua petunjuk dari kejanggalan hidup Papamu.”

Rana bersiap, ia menuruti semua perintah Anton. Dia yakin, kali ini Anton sedang tidak berbohong, karena semua yang telah ia ceritakan terdengar masuk akal dengan serangkaian peristiwa tiga bulan sebelum Adijaya meninggal. Dia berkenalan dengan Andre lewat Om Bram-Kuasa hukum pribadi Adijaya. Perkenalannya dengan Andre terbilang sangat singkat, ia ingat betul betapa semangatnya Om Bram menjodohkannya dengan Andre saat itu. Ditambah lagi setiap moment manis yang Andre hadirkan membuat Rana merasa mantap untuk dipersunting Andre, tanpa ia sadari bahwa ternyata Andre adalah kaki tangan Om Brata untuk dapat menguasai semua kekayaan Adijaya lewat surat kuasa palsu untuk Rana juga sejumlah hak waris rekomendasi Om Bram untuk Rana yang langsung disetujui oleh Papanya.

Meski Rana kini jadi tahu siapa Antonius sebenarnya dan apa pekerjaanya, tetapi ia yakin kalau Anton jujur padanya, kalau tidak bagaimana mungkin ia dapat mengetahui se-detail itu? Anton memanglah mafia bringas di luar sana. Namun, untuk seorang Rana. Ia mampu merubah semuanya hingga 180 derajat. Manusia tetaplah manusia, memiliki dua topeng dalam hidupnya, mereka mampu merubah topeng mana yang akan dipakai, dan Anton adalah salah satu dari manusia itu.

“Halo uncle, how? Jadi anak buahmu menjemputku?” tanya Rini yang kini tersambung lewat telepon dengan Anton.

“………………”

“Oke. I’ll be waiting here.

Sambungan terputus, Andre kini kian dekat dengan lokasi penyekapan, Rana sudah dibawa Nikolas menuju apartment pribadi Andre. Sesampainya di sana, Andre bertemu dengan banyak sekali petunjuk, ia dan seluruh anak buah leon termasuk Leon juga merasa kuwalahan. Seluruh tenaga serta pikiran mereka terkuras habis. Sampailah di salah satu petunjuk, disebutkan bahwa Andre harus bergerak ke luar Madiun dan menuju Kawasan Jakarta Timur. Jika sudah sampai di sana, maka petunjuk lain akan diberikan.

Satu per satu rencana Andre dan Rana berajalan lancar. Rana yang sudah sejak dua jam lalu berada di apartment Andre meras sedih dan tidak percaya. Pantas saja, satu bulan setelah kematian Adijaya, baik Bram maupun Andre bersikeras membujuknya untuk menandatangani hak waris miliknya. Rana jelas menolak, baginya pantang membahas hak waris sedang makam masih basah.

Satu per satu dokumen, foto serta bukti percakapan Bram dan Andre via whatsapp dan telepon yang telah direkam dibaca olehnya satu per satu. Dia tidak menyangka, seorang Andre Kesuma, anak sulung pemilik penerbitan mayor ternama tega melakukan ini semua, bekerjasama untuk mengambil harta Adijaya. Kematian Adijaya? Jelas itu juga rencana Andre dan Om Bram. Kecelakaan tunggal itu ternyata disebabkan oleh rem blong serta supir pribadi Adijaya yang dibuat mabuk oleh mereka sehingga terjadilah kecelakaan itu. Dianggap kecelakaan tunggal oleh polisi, padahal yang sesungguhnya terjadi, mobil itu dirusak oleh mereka. Karena bagaimana mungkin mobil keluaran terbaru dan baru saja dibeli oleh Adijaya sekitar satu bulan sebelum kejadiaan naas itu, mengalami rem blong?

Pilu hati Rana, ia dikecewakan oleh orang-orang terdekatnya. Andre suaminya, Om Brata yang sangat dihormati dan disegani bahkan sudah dianggap seperti keluarga, juga Rini kakak kandungnya tega melakukan ini padanya. Semua dipicu oleh keserakahan manusia. Mereka ingin berkuasa atas semua hal, ingin memiliki semuanya tanpa sisa, ingin mendapatkan semua yang sempurna dengan berbagai cara.

Suara pintu dibuka, Rana mengintip dari lubang kecil yang ada di antara sekat pintu, ia melihat cerminan dirinya berjalan masuk, ia mengamati gerak-gerik Rini di dalam sana.

“Waw … aku benar-benar tidak menyangka Andre se-tajir ini, apartment-nya bagus sekali. Aku jadi tidak sabar ingin melihat mayat Rana di perlintasan rel, tak berbentuk,” seru Rini.

“Ya Tuhan … tolong selamatkan Mbak Rini, berikanlah ia hidayahmu, ubahlah dia menjadi pribadi lebih baik lagi,” batin Rana.

Tidak lama kemudian, terdengar deru Langkah kaki mendekati pintu apartment, tedengera suara pintu terbuka. Gegas Rini bersembunyi di balik pintu. Ia penasaran siapa yang dating setelahnya. Bukankah Anton sengaja memintanya ke sini untuk membahas sesuatu berkaitan dengan Rana juga mengambil berkas penting milik Andre?

Ritme debaran jantungnya semakin tidak beraturan, tatkala kini yang dilihatnya adalah Andre dengan enam orang lain yang tidak ia kenal. “Mau apa mereka ke sini?” lirihnya dalam hati.

Pintu tertutup, Rini menunjukkan kehadirannya di tengah kebingungan Andre mencari petunjuk baru untuk menemukan Rana. “Ngapain kamu ke sini?’ tanya Rini. Andre menoleh diikuti oleh ke enam pria bertubuh tinggi lainnya. “Wah … harusnya aku sudah tahu dari awal kalau kau sebenarnya adalah Rini, bukan Rana. Aku terlambat mengetahui, sebab Om Bram tidak mengatakannya padauk lebih dulu,” balas Andre.

Rana yang berada di tempat paling tersembunyi hanya dapat melihat dari sisi celah sekat pintu sambal mendengar perdebatan mereka. Anton bilang, ia tidak boleh dari sana apapun yang terjadi.

“Wait … wait … Om Brata? Ada urusan apa Om Brata harus laporan ke kamu?” cecar Rini.

“Ha-ha-ha … ternyata kamu tidak selicik yang aku kira. Benar juga yang Om Brata katakana, kamu hanya ingin harta Rana dan Aku secara spontan, tidak memiliki persiapan yang matang.”

“Jaga mulut kamu. Aku hanya ingin keadilan. Mengapa selalu Rana yang mendapatkan lebih dari aku?” seru Rini kemudian.

“Ingat Nona. Dunia ini memang peradilan yang tak pernah adil. Sejak kapan si Kaya ingin menjadi si Miskin? Meski di luar sana mereka berkoar menyuarakan keadilan, nyatanya mereka sendiri tetap mengedepankan urusan pribadi di atas kepentingan orang banyak, ‘kan?”

“Kamu tidak ada artinya di mataku, aku sedang mencari Rana di sini. Bagaimana kalau kita bagi tugas saja? Kamu bantu aku mencari Rana, lalu kita habisis ia bersama, dan harta atas Namanya kita bagi dua, itu yang kamu mau, kan?” pinta Andre dengan wajah liciknya. Dari balik celah, terlihat jelas bagaimana paras dan mimic Andre dengan lugasnya mengatakan demikian? Ingin menghabisi nyawa istrinya? Sungguh gila!

“Dasar lelaki tidak tahu diri! Aku kira kamu tulus mencintai Rana,” teriak Rini.

“Mana ada lagi manusia tulus di muka bumi ini, Sayang. Semua palsu, sama seperti kamu, istri palsuku, ha-ha-ha- ….”

Perdebatan hebat terjadi, tanpa sadar kini Rini sudah berada di bibir tepi jendela apartment Andre. Apartment yang berada di laintai dua puluh ini cukup membahayakan untuk seseorang yang sudah berada tepat di pinggir Gedung, selangkah lagi Rini bisa jatuh dan mati.

Namun ternyata Rini memiliki ide lain, meski ia tahu nasibnya akan terancam dan mungkin bisa saja dibunuh oleh mereka semua. Setidaknya ia ingin mati dengan tenang, mati setelah membalas dendamnya terhadap Andre.

Rini melirik kartu akses masuk apartment yang masih dipegang oleh Andre. Cepat Rini mengambilnya, memindahkan kartu itu ke tangannya dan melayangkannya ke lehernya sendiri. Ia menghunus lehernya menggunakan kartu akses yang pasti penuh dengan sidik jari Andre. Semua terkejut, tak terkecuali Rana yang masih bersembunyi. Rini terjatuh ke lantai sebelum akhirnya ia berusaha bangkit, dengan darah yang mengucur deras, seketika Rini melompat, terjun ke bawah, terjatuh dan meninggal dunia dengan kepala yang berlumuran darah.

Andre yang panik berhamburan ke luar. Namun sayang, pergerakannya lambat sekali, polisi sudah mengepung apartment-nya, ambulance juga sudah membawa jasad Rini yang tergelat penuh darah. Kini Andre pasrah. Semua bukti menyudutkannya, ia tidak berkutik. Di tengah keributan itu, Rana keluar dari persembunyiannya, memakai selendang untuk menutup rambutnya, memakai masker wajah dan kacamata untuk menutupi wajahnya agar tidak ada yang mengenali juga agar ia bebas keluar dari sana tanpa perlu direpotkan dengan permintaan untuk menjelaskannya pada polisi.

Semua agedan yang ia lihat barusan, sudah cukup kuat untuk menjauh dari semua kemunafikan orang-orang yang ia percayai, kini Rana berjalan menuju lobby di mana anak buah Anton telah menunggu. Dalam persembunyiannya, ada air mata yang terus membanjiri wajahnya. Ada raut wajah sang Papa yang terlintas di matanya. Semua terlihat jelas, semua terungkap jelas.

 

TAMAT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

              

Komentar

  1. Sampai di kata tamat itu sesuatu banget..

    BalasHapus
  2. Iya mba. Benerrr.. Plong rasanya

    BalasHapus
  3. Bentar aku spicles banget asli endingnya begini. Aku emang kesel banget sama si Rini, ini, kayak aduh Rini mending pulangg emakmu nyariinnnn. Awalnya aku masih berharap Rini bakal berubah dengan bimbingan si Rana nantinya, tapi kok aku malah enggak tega si Rini bunuh diri. T—T

    BalasHapus
  4. Meski penyelesaiannya sebentar tapi cukup wah aku dibuatnya. Keren sekali. Aku bingung, kok bisa kartu apartemen buat nyanyat leher sendiri? Setajam itu ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, beberapa hotel menggunakan kartu setipis itu yang jika dihunuskan dengan kecepatan tinggi maka tajamnya menyerupai pisau

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer