Dark Desire - Chapter Five ( The End)
Dark Desire – Chapter Five
"Dunia adalah tempat berkumpulnya manusia dengan berbagai rupa. Ada yang baik, ada juga sebaliknya. Akan tetapi kita hanyalah manusia yang mana pasti pernah berada atau memiliki dua sisi di saat yang berbeda. Tidak selamanya manusia A baik, juga tidak selamanya manusia B buruk, semua bisa berubah. Bukankah Allah yang berhak membolak-balikkan hati manusia?"
***
“Sayang, nanti siang kamu makan
di kantor atau di apartment?” tanya Rini pada Andre pagi itu.
Hari ini adalah hari eksekusi
yang sudah dinantikan Rini. Dia sudah tidak sabar ingin menjadi ratu seutuhnya
untuk Andre. Tepat pukul sembilan malam Rini akan pergi ke tempat yang sudah ditentukan.
Dia berencana akan meminta izin Andre siang ini.
“Aku makan siang di luar aja
sayang, ada jadwal meeting juga dengan client di salah satu restoran, aku makan
di sana aja.”
Kedua menyimpan rencana
tersendiri, larut dalam keserakahannya masing-masing.
Andre segera menghubungi Leon
untuk menjalankan rencana mereka. Pagi ini Andre akan langsung melaju ke tempat
penyekapan Rana. Andre yang ditemani oleh bodyguard pribadinya, Leon serta
empat anak buahnya sudah mengetahui di mana lokasi penyekapan Rana, rencananya
mereka akan membebaskan Rana siang ini dan langsung membawanya ke suatu tempat
tersembunyi agar rencana Rini dan Anton gagal.
Tidak disangka, sejak rencana
penyekapan Rana, Anton ternyata sudah memprediksi hal ini, selain mengambil
data-data pribadi Rana, Anton juga telah menyadap seluruh gawai dan perangkat
elektronik pribadi Andre tanpa sepengetahuannya. Teknologi sudah sangat
mutakhir sekarang, apa saja dapat dilakukan selagi uang yang bekerja.
***
“Halo Bos. Target telah memasuki
tol, mengendarai dua mobil sport dengan warna hitam. Total mereka ada tujuh
orang,” bisik anak buah Andre dalam telepon. Andre yang sudah mengetahui
rencana mereka, segera menyuruh anak buahnya untuk bersiap di seluruh jalan
perlintasan Jakarta menuju Madiun, termasuk tol Trans Jawa.
“Oke. Pantau terus pergerakan
mereka. Kabarkan teman yang lain.”
Setelah mengetahui bahwa Andre sudah
menuju lokasi, Anton bergegas mempersiapkan jebakan lain. Ia ingin Andre
mengira bahwa Rana dibawa ke apartment pribadinya di Kawasan Jakarta Timur.
Dengan demikian, Anton akan leluasa mempertemukan Rini dan Andre untuk dapat
menguak aksi yang selama ini dilakukannya. Rencana ini diluar sepengetahuan
Rini tentunya. Kabar terakhir yang Rini dapatkan, bahwa tepat pukul dua siang,
dia akan dijemput oleh salah satu anak buah Anton untuk dibawa ke apartment
pribadi Andre yang Rini tidak ketahui sebelumnya.
“Bagaimana? Sudah ada kabar
tentang Mas Andre dan Mbak Rini?” tanya Rana. Ia yang kini sudah mengetahui apa
dilakukan Andre untuk menemukannya, juga rencana Rini yang ingin menghabisi
nyawanya. Sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin Anton sampaikan pada Rana,
tapi Andre menahan agar Rana dapat melihat langsung apa dan siapa saja dalang di
balik semua ini.
“Aman. Kamu akan dibawa oleh Nikolas
ke Apartment terlebih dahulu, sebelum Rini dan Andre tiba. Di sana kamu
akan diberi satu buah koper yang berisi semua petunjuk dari kejanggalan hidup
Papamu.”
Rana bersiap, ia menuruti semua
perintah Anton. Dia yakin, kali ini Anton sedang tidak berbohong, karena semua
yang telah ia ceritakan terdengar masuk akal dengan serangkaian peristiwa tiga
bulan sebelum Adijaya meninggal. Dia berkenalan dengan Andre lewat Om Bram-Kuasa
hukum pribadi Adijaya. Perkenalannya dengan Andre terbilang sangat singkat, ia
ingat betul betapa semangatnya Om Bram menjodohkannya dengan Andre saat itu. Ditambah
lagi setiap moment manis yang Andre hadirkan membuat Rana merasa mantap untuk
dipersunting Andre, tanpa ia sadari bahwa ternyata Andre adalah kaki tangan Om
Brata untuk dapat menguasai semua kekayaan Adijaya lewat surat kuasa palsu
untuk Rana juga sejumlah hak waris rekomendasi Om Bram untuk Rana yang langsung
disetujui oleh Papanya.
Meski Rana kini jadi tahu siapa
Antonius sebenarnya dan apa pekerjaanya, tetapi ia yakin kalau Anton jujur
padanya, kalau tidak bagaimana mungkin ia dapat mengetahui se-detail itu? Anton
memanglah mafia bringas di luar sana. Namun, untuk seorang Rana. Ia mampu
merubah semuanya hingga 180 derajat. Manusia tetaplah manusia, memiliki dua
topeng dalam hidupnya, mereka mampu merubah topeng mana yang akan dipakai, dan
Anton adalah salah satu dari manusia itu.
“Halo uncle, how? Jadi
anak buahmu menjemputku?” tanya Rini yang kini tersambung lewat telepon dengan
Anton.
“………………”
“Oke. I’ll be waiting here.”
Sambungan terputus, Andre kini
kian dekat dengan lokasi penyekapan, Rana sudah dibawa Nikolas menuju apartment
pribadi Andre. Sesampainya di sana, Andre bertemu dengan banyak sekali
petunjuk, ia dan seluruh anak buah leon termasuk Leon juga merasa kuwalahan. Seluruh
tenaga serta pikiran mereka terkuras habis. Sampailah di salah satu petunjuk,
disebutkan bahwa Andre harus bergerak ke luar Madiun dan menuju Kawasan Jakarta
Timur. Jika sudah sampai di sana, maka petunjuk lain akan diberikan.
Satu per satu rencana Andre dan
Rana berajalan lancar. Rana yang sudah sejak dua jam lalu berada di apartment
Andre meras sedih dan tidak percaya. Pantas saja, satu bulan setelah kematian
Adijaya, baik Bram maupun Andre bersikeras membujuknya untuk menandatangani hak
waris miliknya. Rana jelas menolak, baginya pantang membahas hak waris sedang makam
masih basah.
Satu per satu dokumen, foto serta
bukti percakapan Bram dan Andre via whatsapp dan telepon yang telah direkam
dibaca olehnya satu per satu. Dia tidak menyangka, seorang Andre Kesuma, anak
sulung pemilik penerbitan mayor ternama tega melakukan ini semua, bekerjasama
untuk mengambil harta Adijaya. Kematian Adijaya? Jelas itu juga rencana Andre
dan Om Bram. Kecelakaan tunggal itu ternyata disebabkan oleh rem blong serta
supir pribadi Adijaya yang dibuat mabuk oleh mereka sehingga terjadilah
kecelakaan itu. Dianggap kecelakaan tunggal oleh polisi, padahal yang
sesungguhnya terjadi, mobil itu dirusak oleh mereka. Karena bagaimana mungkin
mobil keluaran terbaru dan baru saja dibeli oleh Adijaya sekitar satu bulan
sebelum kejadiaan naas itu, mengalami rem blong?
Pilu hati Rana, ia dikecewakan
oleh orang-orang terdekatnya. Andre suaminya, Om Brata yang sangat dihormati
dan disegani bahkan sudah dianggap seperti keluarga, juga Rini kakak kandungnya
tega melakukan ini padanya. Semua dipicu oleh keserakahan manusia. Mereka ingin
berkuasa atas semua hal, ingin memiliki semuanya tanpa sisa, ingin mendapatkan
semua yang sempurna dengan berbagai cara.
Suara pintu dibuka, Rana
mengintip dari lubang kecil yang ada di antara sekat pintu, ia melihat cerminan
dirinya berjalan masuk, ia mengamati gerak-gerik Rini di dalam sana.
“Waw … aku benar-benar tidak
menyangka Andre se-tajir ini, apartment-nya bagus sekali. Aku jadi tidak sabar
ingin melihat mayat Rana di perlintasan rel, tak berbentuk,” seru Rini.
“Ya Tuhan … tolong selamatkan
Mbak Rini, berikanlah ia hidayahmu, ubahlah dia menjadi pribadi lebih baik lagi,”
batin Rana.
Tidak lama kemudian, terdengar
deru Langkah kaki mendekati pintu apartment, tedengera suara pintu terbuka. Gegas
Rini bersembunyi di balik pintu. Ia penasaran siapa yang dating setelahnya. Bukankah
Anton sengaja memintanya ke sini untuk membahas sesuatu berkaitan dengan Rana
juga mengambil berkas penting milik Andre?
Ritme debaran jantungnya semakin
tidak beraturan, tatkala kini yang dilihatnya adalah Andre dengan enam orang
lain yang tidak ia kenal. “Mau apa mereka ke sini?” lirihnya dalam hati.
Pintu tertutup, Rini menunjukkan
kehadirannya di tengah kebingungan Andre mencari petunjuk baru untuk menemukan
Rana. “Ngapain kamu ke sini?’ tanya Rini. Andre menoleh diikuti oleh ke enam
pria bertubuh tinggi lainnya. “Wah … harusnya aku sudah tahu dari awal kalau
kau sebenarnya adalah Rini, bukan Rana. Aku terlambat mengetahui, sebab Om Bram
tidak mengatakannya padauk lebih dulu,” balas Andre.
Rana yang berada di tempat paling
tersembunyi hanya dapat melihat dari sisi celah sekat pintu sambal mendengar
perdebatan mereka. Anton bilang, ia tidak boleh dari sana apapun yang terjadi.
“Wait … wait … Om Brata? Ada urusan
apa Om Brata harus laporan ke kamu?” cecar Rini.
“Ha-ha-ha … ternyata kamu tidak
selicik yang aku kira. Benar juga yang Om Brata katakana, kamu hanya ingin
harta Rana dan Aku secara spontan, tidak memiliki persiapan yang matang.”
“Jaga mulut kamu. Aku hanya ingin
keadilan. Mengapa selalu Rana yang mendapatkan lebih dari aku?” seru Rini
kemudian.
“Ingat Nona. Dunia ini memang
peradilan yang tak pernah adil. Sejak kapan si Kaya ingin menjadi si Miskin? Meski
di luar sana mereka berkoar menyuarakan keadilan, nyatanya mereka sendiri tetap
mengedepankan urusan pribadi di atas kepentingan orang banyak, ‘kan?”
“Kamu tidak ada artinya di
mataku, aku sedang mencari Rana di sini. Bagaimana kalau kita bagi tugas saja?
Kamu bantu aku mencari Rana, lalu kita habisis ia bersama, dan harta atas Namanya
kita bagi dua, itu yang kamu mau, kan?” pinta Andre dengan wajah liciknya. Dari
balik celah, terlihat jelas bagaimana paras dan mimic Andre dengan lugasnya
mengatakan demikian? Ingin menghabisi nyawa istrinya? Sungguh gila!
“Dasar lelaki tidak tahu diri!
Aku kira kamu tulus mencintai Rana,” teriak Rini.
“Mana ada lagi manusia tulus di
muka bumi ini, Sayang. Semua palsu, sama seperti kamu, istri palsuku, ha-ha-ha-
….”
Perdebatan hebat terjadi, tanpa
sadar kini Rini sudah berada di bibir tepi jendela apartment Andre. Apartment
yang berada di laintai dua puluh ini cukup membahayakan untuk seseorang yang
sudah berada tepat di pinggir Gedung, selangkah lagi Rini bisa jatuh dan mati.
Namun ternyata Rini memiliki ide
lain, meski ia tahu nasibnya akan terancam dan mungkin bisa saja dibunuh oleh
mereka semua. Setidaknya ia ingin mati dengan tenang, mati setelah membalas
dendamnya terhadap Andre.
Rini melirik kartu akses masuk
apartment yang masih dipegang oleh Andre. Cepat Rini mengambilnya, memindahkan
kartu itu ke tangannya dan melayangkannya ke lehernya sendiri. Ia menghunus
lehernya menggunakan kartu akses yang pasti penuh dengan sidik jari Andre. Semua
terkejut, tak terkecuali Rana yang masih bersembunyi. Rini terjatuh ke lantai
sebelum akhirnya ia berusaha bangkit, dengan darah yang mengucur deras, seketika
Rini melompat, terjun ke bawah, terjatuh dan meninggal dunia dengan kepala yang
berlumuran darah.
Andre yang panik berhamburan ke
luar. Namun sayang, pergerakannya lambat sekali, polisi sudah mengepung
apartment-nya, ambulance juga sudah membawa jasad Rini yang tergelat penuh
darah. Kini Andre pasrah. Semua bukti menyudutkannya, ia tidak berkutik. Di tengah
keributan itu, Rana keluar dari persembunyiannya, memakai selendang untuk
menutup rambutnya, memakai masker wajah dan kacamata untuk menutupi wajahnya
agar tidak ada yang mengenali juga agar ia bebas keluar dari sana tanpa perlu
direpotkan dengan permintaan untuk menjelaskannya pada polisi.
Semua agedan yang ia lihat
barusan, sudah cukup kuat untuk menjauh dari semua kemunafikan orang-orang yang
ia percayai, kini Rana berjalan menuju lobby di mana anak buah Anton telah
menunggu. Dalam persembunyiannya, ada air mata yang terus membanjiri wajahnya. Ada
raut wajah sang Papa yang terlintas di matanya. Semua terlihat jelas, semua
terungkap jelas.
TAMAT
Sampai di kata tamat itu sesuatu banget..
BalasHapusIya mba. Benerrr.. Plong rasanya
BalasHapusBentar aku spicles banget asli endingnya begini. Aku emang kesel banget sama si Rini, ini, kayak aduh Rini mending pulangg emakmu nyariinnnn. Awalnya aku masih berharap Rini bakal berubah dengan bimbingan si Rana nantinya, tapi kok aku malah enggak tega si Rini bunuh diri. T—T
BalasHapusterkejut ya? hihi
HapusMeski penyelesaiannya sebentar tapi cukup wah aku dibuatnya. Keren sekali. Aku bingung, kok bisa kartu apartemen buat nyanyat leher sendiri? Setajam itu ya?
BalasHapusIya, beberapa hotel menggunakan kartu setipis itu yang jika dihunuskan dengan kecepatan tinggi maka tajamnya menyerupai pisau
Hapus