Ulasan Buku : Setengah Isi Setengah Kosong

                            Foto milik pribadi 

Setengah Isi Setengah Kosong adalah salah satu buku non fiksi yang mengusung genre self-improvement, buku ini wajib masuk dalam daftar keranjang buku sobat HujanPena, dengan tag line “Half Full – Half Empty” buku yang ditulis oleh Parlindungan Marpaung seorang The Inspiring Trainer dengan ketebalan buku 334 lembar, buku ini mampu menyihir dan membangkitkan motivasi pembacanya dengan melihat perspektif kehidupan dari sudut pandang yang lebih baik.

Untuk sebuah buku motivasi yang mulai diterbitkan pada tahun 2005 oleh penerbit MQS Publishing dinilai sukses karena buku Setengah Isi Setengah Kosong ini telah mengalami beberapa proses percetakan berulang hingga mencapai cetakan ke – 19 pada tahun 2009, bahkan buku yang sarat dengan kisah-kisah inspiratif ini telah terjual lebih dari 50.000 ekslempar.

Buku ini sendiri memiliki lima judul besar yaitu : Kasih Sayang, Komunikasi, Motivasi, Profesionalisme, dan Sikap Hidup, dengan disampaikan melalui 63 cerita ringan, buku ini sangat tepat dibaca oleh semua kalangan, bukan hanya sebagai bacaan para Trainer atau Coach seminar-seminar motivasi saja, buku ini relate banget untuk dibaca di situasi apapun.

Dengan cerita-cerita yang berkaitan dengan judul besarnya, pembaca seolah diajak untuk menganalogikan sesuatu lewat kisah ataupun cerita yang bisa saja terjadi di kehidupan sehari-hari. 

Dalam judul Ewuh Pakewuh, yang bisa ditemukan pada halaman 62-66 mengisahkan salah satu kisah tentang Komunikasi, Ewuh Pakewuh sendiri memiliki makna yaitu sungkan, dalam judul ini diceritakan ada seorang ibu yang sedang mengandung bayi kembar laki-laki, namun, sudah sampai pada waktunya, sang anak tak kunjung lahir, hingga akhirnya terpaksa melewati jalan operasi yang dilakukan oleh para tabib senior, setelah para tabib berhasil mengeluarkan dua bayi kembar itu, lalu sang tabib bertanya, “Mengapa kalian lama sekali keluar?” lalu salah satu bayi menjawab “Aku mempersilahkan ia untuk keluar lebih dahulu baru lah aku keluar, namun ia pun melakukan hal yang sama, begitulah seterusnya, hingga kalian para tabib tiba,”

Dari ilustrasi cerita Ewuh Pakewuh ini sangat relate dengan kehidupan sehari-hari, apalagi Indonesia mengadopsi budaya ketimuran yang selalu mengedepankan hak orang lain, mempersilahkan yang lebih dihormati untuk mencoba lebih dulu. 

Terlebih jika selama kita hidup banyak menerima bantuan, uluran tangan dari orang lain, rasanya sulit sekali untuk menolak dan berkata tidak, meski kita tahu sikap seperti ini bukanlah sikap yang tepat. 

“Seseorang yang sudah terlalu banyak menerima pemberian (kebaikan) orang lain, akan sulit untuk menegur si pemberi tersebut ketika yang bersangkutan melakukan kesalahan."

Meski seluruh cerita dalam buku ini tidak diketahui dengan pasti dari mana sumbernya, apakah dialami langsung atau tidak, karena dari beberapa cerita yang saya baca seolah khayalan semata guna mempermudah sang penulis menganalogikannya.

Faktanya selama membaca buku ini, tanpa sadar anggukan-anggukan kecil muncul mengisyaratkan bahwa banyak kebetulan-kebetulan yang tersampiakan oleh cerita dialami pula dalam kehidupan nyata. 

Seperti salah satu kutipan tentang motivasi yang saya dapatkan dari buku ini, di halaman 153.

Rasanya kutipan diatas pernah kita rasakan, maka tidak salah saya mengatakan kalau buku Setengah Isi Setengah Kosong  adalah buku self – improvement yang tetap bisa dibaca sepanjang masa. 

Kesimpulannya, Setengah Isi Setengah Kosong ini wajib untuk dimiliki, dengan ukuran yang tidak terlalu besar alias handy, buku ini layak menjadi bacaan di kala senggang. Buku yang akan membangkitkan serta mengingatkan kembali nilai-nilai kehidupan yang mungkin telah hilang.