Tiba-Tiba Menulis?

Juni 05, 2022
4 komentar
"Ayo anak-anak coba tuliskan pengalaman kalian selama liburan semester kemarin pergi kemana aja? Tulis di buku, ya! Kalau sudah selesai, kumpul ke ibuk."

Pasti enggak asing ya denger kalimat di atas, dulu ketika masuk sekolah setelah liburan semester usai, guru bahasa Indonesia atau wali kelas akan meminta kita untuk menuliskan pengalaman apa saja selama liburan. Ada yang senang-senang aja menuliskan segala pengalaman atau perjalanannya selama liburan, ada pula yang menggerutu kesal karena tak mampu merangkai kata demi kata.

Tiba-tiba menulis? Hm..enggak sih, sebelum akhirnya "sadar" untuk giat menulis dan membaca lagi seperti sekarang, ada beberapa kisah yang melatarbelakanginya, apa aja sih? Ini dia kisah ku, semoga menginspirasi 😊

1. Bermula dari Facebook
Saat itu aku masih duduk di bangku SMA, kalau tidak salah saat itu masih kelas dua SMA sih, dulu tuh ya belum rame sosial media yang bisa diakses, paling keren tuh friendster, facebook, WeChat, Kakao Talk, untuk informasi lomba atau sejenisnya belum se-massive sekarang, nah..lagi heboh bermain sosial media, enggak sengaja lihat info lomba cipta puisi, iseng aja untuk ngirim puisi yang sebenarnya sudah lama banget aku tulis tapi enggak pernah dipublis. Ditambah lagi ada iming-iming kalau karya yang terpilih akan dibukukan, wah..siapa yang enggak tertarik, yah.. 🤭

Alhamdulillah terpilih, tapii..jeng..jeng, namanya anak sekolahan, uang jajan juga pas-pasan akhirnya dengan berat hati "merelakan" puisi yang aku kirim, terpilih dan sudah dibukukan enggak bisa dimiliki 🥲

Pada masa itu harga buku dengan nominal Rp. 40.000 rasanya sudah mahal banget apalagi untuk anak sekolahan. Enggak nyoba ngomong ke orang tua untuk minta dibeliin? Pasti ada nih yang bertanya dalam hati, heuheu.. 

Jawabannya enggak, keuangan orang tua saat itu belum se-stabil sekarang, memiliki tiga orang adik, dan semuanya masih sekolah, rasanya enggan sekali untuk semakin memberatkan orang tua. 

Sedih? Pasti. Tapi ada satu hal yang akhirnya aku sadari, oh..aku ada bakat nih untuk menulis, oke..satu karya boleh terkubur tapi semangat menulisku jangan melebur, ucapku dari hati yang akan ku ingat sampai nanti. 

2. The Power of Kepepet
Pernah kepepet? Pasti pernah dong, masa enggak pernah. Hehe...
Mengenyam pendidikan di jurusan sastra Inggris, nyatanya enggak langsung ngebuat aku jadi orang Inggris ya guys 🤭 tetap jadi orang Indonesia yang baik dan budiman, eh.. Apa sih? 

Di tahun 2022 tepatnya di bulan Januari, aku diterima menjadi salah satu tenaga pengajar di SMP Swasta Muhammadiyah Tebing Tinggi, Sumatera Utara untuk mengajar mata pelajaran sastra, masih jadi bagian dari pelajaran bahasa Indonesia kan ya? Nah..loh malah ngajar sastra, sastra Indonesia pula, karena dari dulu ada ketertarikan dengan dunia kepenulisan, mulai dari menulis puisi, menulis esai, menulis jurnal akademik, menulis dan membaca cerpen, akhirnya tanpa pikir panjang aku menerima tawaran untuk memberi arahan tentang sastra dan segala dunia di dalamnya. Meskipun pada kenyataannya, secara pribadi membuat aku harus belajar lagi nih tentang dunia sastra juga dunia menulis, masih buta banget akutuh..

Dalam benakku pada waktu itu, jadi guru sastra, ngejelasin seputar puisi, cerpen dan teman-temannya, nih gurunya harus memberi contoh nih, gimana menjadi guru sastra yang "berprestasi" 🤭 #emangambisbangetnihgurusebiji

Alhamdulillah, salah satu puisi yang pernah aku kirim di akhir Desember 2021 membuahkan hasil, bisa lah untuk nambah-nambah prestasi di portofolio pribadi aku.. Hehe

Dongeng si Pengagum Luka adalah puisi kedua yang akhirnya dapat ku genggam erat, puisi kedua yang aku kirimkan setelah terakhir kali mengirim karya berbentuk puisi namun tak bisa ku miliki. 

Dongeng si Pengagum Luka terpilih menjadi salah satu puisi untuk dibukukan menjadi sebuah Antologi Puisi dengan tema LUKA

Puisi yang berkisah tentang seseorang yang hanya bisa mengagumi dalam diam, mengagumi tanpa pernah meminta validasi, seseorang yang sebenarnya menyadari bahwa kekagumannya, kerinduannya hanya akan menambah luka yang sudah menganga. Sebuah harapan yang tak akan pernah terealisasikan. 

Setelah puisi "Dongeng si Pengagum Luka" sukses membangkitkan semangatku yang pernah terkubur, mulai saat itu banyak karya-karya yang tercipta, mulai memberanikan diri terjun ke dunia kepenulisan secara terang-terangan. 

Dengan semangat yang masih membara, terbitlah sebuah Antologi Puisi lainnya yang sedang aku kumpulkan dengan harapan suatu saat nanti aku bisa mencetak buku Antologi ku sendiri. Kini, antologi puisi itu aku simpan dan aku publis di salah satu platform menulis novel online bewarna hijau dengan tiga kata pamungkasnya, platform besutan novelis ternama Indonesia, ibunda ASMA NADIA. Antologi puisi itu aku beri judul "OVERTHINKING"

Berhenti sampai disitu? Jelas tidak, aku justru ketagihan menulis, ketagihan mengetahui seluk beluk dunia kepenulisan beserta platform-platform online lainnya yang bisa menghasilkan CUAN (ini perlu di capslok karena pada kenyataannya ini yang selalu jadi the main reason why we have to work hard and play hard).

The power of kepepet akhirnya membuka mata serta pikiranku, membuka wawasan baru dalam hidupku, apakah ada platform lainnya? Ada dong..bahkan ada platform lain yang sudah menjadi wishlist yang harus bisa ku tembus suatu saat nanti, mengingat cuan yang dihasilkan cukup besar nominalnya..🤭 (mamak-mamak kalau cerita cuan pasti semangat).

3. Jadi Pemberi Manfaat
Dalam hidup ini, tidak semua dapat dinilai dengan materi, setuju, gak? Aku berfikir, ketika mengajari siswa-siswi ku untuk lebih mengenal apa itu sastra? Apa aja jenisnya? Bagaimana contohnya? Terbersit dalam benakku, kenapa aku tidak langsung menerjunkan mereka dalam dunia sastra? Bukan kah guru yang baik adalah guru yang mampu mengajari, memberi contoh lalu menjadikan murid-muridnya menjadi pribadi lebih baik darinya? Akhirnya di awal Februari 2022, satu per satu siswa yang tergabung dalam ekskul sastra yang aku komandoi menunjukkan prestasi, karya-karya mereka lolos dan terpilih untuk dibukukan menjadi sebuah buku antologi, betapa senangnya hatiku ketika salah satu dari mereka sangat excited saat tahu jika nama serta fotonya akan terpampang dalam sebuah spanduk sekolah sebagai siswa berprestasi tingkat nasional. 

Bangga? Pasti, senang? Apalagi.. Apakah aku sudah berhasil? Keberhasilan belum lah bisa dikatakan keberhasilan jika prestasi ini mereka dapatkan hanya sekali, aku bermimpi suatu hari nanti mereka memiliki kesadaran untuk terus menggiatkan literasi dalam kehidupannya sehari-hari, menjadikan kebiasaan menulis menjadi karya yang akan abadi sampai nanti dan kebiasaan itu mengakar, tersebar ke siswa lainnya, ke adik kelas mereka, atau mungkin ke anak cucu mereka nantinya.


Kesimpulannya, tiga kisah yang aku ceritakan bisa dibilang menjadi awal dan juga menjadi the big why mengapa aku menulis hingga saat ini. Selain berawal dari sebuah hobi dan mungkin juga bakat terpendam, mendapatkan cuan, jadi pemberi manfaat untuk sekitar, kegiatan menulis yang aku lakukan juga menjadi sarana pengalihan emosi yang terjadi dalam hidupku, memutuskan menjadi seorang istri di usia 27 tahun dengan latar belakang kehidupan alpha woman, hidup dengan segala kemandirian di atas kaki sendiri lalu menikah dengan seseorang yang pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan pribadi kita, membiasakan diri menerima kehidupan baru, keluarga baru pasca menikah yang tak jarang bertolak belakang dengan kita, sungguh menguras semua emosi yang selama ini terkendali, lewat menulis, aku menjaga kewarasanku dengan bercerita, berkisah membagi semua cara pandangku, membagikan  kisah hidupku atau mungkin kisah orang-orang di sekitarku untuk menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Aamiin...

Terima kasih untuk diriku, yang sampai saat ini masih mampu bertahan, berjuang meraih impian-impiannya yang pernah terpendam, terima kasih juga aku ucapkan untuk komunitas luar biasa One Day One Post yang telah menjadi jembatan bagiku menuju sebuah konsistensi menulis, serta membuka banyak warna baru dalam hidupku dan tulisanku. Kalian, adalah doa serta niat yang selalu tertanam kuat di hati dan pikiranku hingga Allah mempertemukan kita. Terima kasih


Komentar

  1. Aiihh keren banget tulisanya kak... Setuju dengan the power of kepepet hehe

    BalasHapus
  2. MasyaAllah, banyak prestasinya Cik Gu. Semoga istiqomah dan menjadi teladan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer