Cintaku Rampung saat Balik Kampung

Juni 19, 2022
4 komentar






Dua tahun silam, menginjakkan kaki di desa Blangu, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen sebatas menuntaskan tugas akhir ku untuk meneliti jenis, karateristik, serta kandungan apa saja yang terdapat dalam pati garut atau sering disebut tepung Ararut. 

Tidak pernah menyangka, bahwa akhirnya cintaku berlabuh saat menuju desa nan asri ini. 
Bahkan, kini aku dan suami memiliki beberapa outlet panganan tradisional olahan tepung Ararut ini.

                                      ****

"Ningrum..!" 

Sebuah suara muncul dari arah lorong perpustakaan, aku menoleh, tertangkaplah gerakan tangan Kasih dari balik tiang-tiang kayu lorong perpustakaan yang sudah puluhan tahun berdiri. Ku sambut lambaian tangannya, seraya mengajaknya segera mendekat di tempat ku berdiri. 

"Cepet  banget  sih jalannya, aku capek tau..," protes Kasih saat tau aku meninggalkannya berbincang dengan beberapa mahasiswa lain saat di kantin.

"Aku buru-buru, Sih, besok sudah harus ke desa Blangu, kan?" tegasku

"Perginya kan bareng aku, yang buru-buru bukan kamu doang, kan?" protes Kasih dengan napas terengah dan ekspresi wajah marah ditambah biji matanya yang kini melotot menatapku.

Aku dan Kasih sudah sahabatan sejak duduk di bangku SMA, aku tahu persis perangai Kasih, dan bagaimana menyulut emosinya.. 

Aku terbahak melihat ekspresi-nya saat ini, "Hahaha..makanya, kalau sahabatnya cabut, peka dong. Pantang banget ya kalau udah ngobrol sama ketua BEM, Aku dikacangin, jadi obat nyamuk, huh!" kali ini aku tak mau kalah. 

Perdebatan ini tak akan berakhir damai, Kasih tipikal cewe yang mudah banget akrab dengan lelaki tamvan, eh..tampan. Jadi, sudah jadi makanan sehari-hari ngeliat para lelaki betah banget ngobrol lama-lama dengannya. Enggak heran, sih..Kasih juga memiliki wajah yang cantik, perpaduan Minang-Sunda.

"Yaudah, yuk, cepetan masuk perpus, cari buku-buku referensi, jam 3 aku mau balik, nih," pintaku

Setelah satu jam mencari di setiap sudut perpustakaan ini, akhirnya aku dan Kasih menemukan beberapa buku yang memang kami butuhkan. Penelitian mandiri ini sengaja kami lakukan untuk menunjang sumber data guna melengkapi tugas akhir, memang, judul yang aku persiapkan dengan yang Kasih ajukan tidak lah sama, namun kami sengaja mencari hal unik dari desa Blangu untuk sama-sama diteliti agar memudahkan akomodasi kami jika hendak pergi ke sana, mengingat masih berstatus mahasiswa, apalagi tingkat akhir, rasanya adaa saja kebutuhan ngedadak yang berkaitan dengan skripsi ini. 

                                        ****

"Sumpah, asri banget desanya, Ning, aku mau deh punya calon suami rumahnya di sini, itung-itung healing sambil pulang kampung," celoteh Kasih yang suka menghalu 

"Hush...kamu ini ya, suka aneh-aneh kalau ngomong, omongan itu doa, lho," 

"Ya..habisnya ini desa ademm banget, dan kalau di perhatikan, banyak loh sumber daya alam di sini yang bisa kita kembangkan, jadi cuaan..," lagi, Kasih kebanyakan halu, anaknya suka ngadi-ngadi kalau ngomong, jarang diperhitungkan jangka panjang dan pendeknya.

Masih meladeni celotehan Kasih, mataku menjelajahi tiap sudut desa ini, apa yang dikatakan Kasih tidak ada salah, desa ini sungguh asri, masyarakat setempat nampaknya sangat menjaga kelestarian dan keseimbangan antara manusia serta alam di sekitarnya. Sedang mata masih dimanjakan oleh panorama alam, suara bariton lelaki dewasa menghamburkannya, "Assalamu'alaikum, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" suara itu berhasil membuat aku dan Kasih menoleh berbarengan.

"Saya Ningrum, dan ini teman saya Kasih, kami baru tiba dari kota Bandung, kami mencari rumah pak Agus, selaku kepala desa di sini," 

"Oh..kebetulan, perkenalkan nama saya Bima, saya anaknya pak Agus, mari..mari.. Saya antarkan," 

"Te..terima kasih, tapi.. Tidak usah repot-repot, kami bisa naik becak atau ojek saja," 

"Di sekitar sini jarang ada ojek apalagi becak, Mbak. Masyarakat biasanya menggunakan sepeda atau motor milik masing-masing sebagai kendaraan sehari-hari,"

"Eemm..kami berdua, nih, Mas. Apaaa..cukup?" 
Kini mataku tertuju pada sepeda motor milik Bima yang terparkir tidak jauh.

"Saya antar bergantian, gimana, mbak? Saya antar teman mbak terlebih dahulu, kemudian mbak. Rumah kami tidak begitu jauh, kok, lewat perempatan depan," pinta Bima

"Baiklah kalau begitu, mengingat waktu sudah semakin siang," jawabku menyetujui idenya, ketika hendak menyampaikan pada Kasih, anak itu sudah tak nampak lagi, kini ia sudah berdiri tepat di tengah-tengah sawah, mengambil beberapa gaya, memotretnya dan pasti sebentar lagi akan diunggah di sosial medianya. 

Dengan sungkan, apalagi di sana masih ada Bima yang memerhatikan gelagat kami berdua, gegas ku hampiri Kasih, menyudahi segala tingkah absurd-nya, "Heh.. Ngapain? Cepet banget udah di sini aja, itu ada Bima anak pak Kades, mau jemput kita, kamu malah udah di tengah sawah aja, mau jadi orang-orangan sawah?" tanyaku dibarengi bola mataku yang hampir keluar. Sejak dulu, berbusa mulutku menasehati kelakukan Kasih yang satu ini, suka menghilang, entah kemana, asik sendiri dengan dunianya, eh beneran hilang, merepotkan semua orang. Kalau begini ceritanya, aku bakal cosplay jadi guru TK, nih. Mengintil kemana pun Kasih pergi. 

"Ning..Ning, sini deh, liat nih, cantik banget tau pemandangannya," kini Kasih justru menarik tanganku sambil menunjukkan beberapa hasil jepretannya.

"Iya..iya aku tau cantik, jangan buat malu ah, aku malu loh sama Bima, yuk, dia udah nungguin. Lain kali, selama di sini, jangan macam-macam, apalagi pergi tanpa pamit," amukku pada Kasih yang hanya dibalas cengengesan olehnya. 

                                       ****
Sambutan keluarga pak Agus sangat baik, kami disambut dengan kehangatan, pak Agus sendiri menjabat sebagai kepala desa Blangu sejak dua tahun lalu, beliau memiliki seorang istri dan satu putra dan satu putri. 

"Mbak Ningrum dan mbak Kasih, kapan mau memulai penelitian di desa kami?" tanya pak Agus 

"InsyaAllah besok, pak, soalnya tulat kami sudah harus kembali ke Bandung, ada janji dengan dosen pembimbing, membawa hasil penelitian ini," jawabku 

"Owh..begitu, besok mbak Ningrum ditemani Bima saja, kebetulan jurusan kuliahnya sama, bedanya ia sudah menyelesaikan studinya satu tahun yang lalu, biar mbak Kasih ditemani Dewi saja, karena yang ingin diteliti oleh mbak Kasih, sedang menjadi proyek di sekolahnya Dewi," 

"Waah..banyak kebetulan-kebetulan baik ya, pak. Alhamdulillah," jawabku sungkan, entah mengapa keluarga ini sangat baik kepadaku, bahkan seperti sudah lama mengenalnya padahal baru tadi siang bertemu.

Di sela-sela obrolan kami, bu Asih datang membawa panganan khas dari desa ini, wanginya khas sekali, seperti tidak asing, "Mbak Ningrum, mbak Kasih, ayo dimakan dulu ongol-ongol buatan ibu, mungkin tidak se-enak makanan di kota, tapi ini khas desa Blangu, karena terbuat dari tepung Ararut, sontak aku heran, ini kali pertama aku mendengar nama tepung ini, " Tepung Ararut ini tepung apa ya bu? Saya pernah makan ongol-ongol di pasar kaget, tapi warna ongol-ongolnya lebih pekat dari ini, kali ini lebih bening, Bu?" timpalku heran, "Oh ya benar, tepung Ararut ini lebih bening dari tepung sagu ataupun tapioka, di desa ini sengaja membudidayakan tepung Ararut untuk dijadikan oleh-oleh khas desa Blangu, Sragen, seperti kerupuk, cookies. Tepung ararut ini gluten free, mbak, cocok untuk diet." mendengar kata diet, Kasih langsung menyerbu ongol-ongol buatan bu Asih, karena gluten free, berarti aman untuk lambungnya yang sedikit sensitif terhadap olahan roti pada umumnya. 

                                       ****

Tiga  hari sudah aku dan Kasih di desa penuh pesona dan sumber daya alam yang tak biasa ini, besok, kami harus kembali lagi ke kota Bandung membawakan hasil penelitian kami selama di sini. Namun seperti enggan beranjak pergi, hatiku terlanjur tertancap di sini, beberapa hari terlewati bersama Bima, rasanya cukup untuk menilai siapa dia dan bagaimana perangainya. Sebuah harap seketika hinggap, ragu untuk diungkap, sejak dulu aku memang tipe introvert sejati, memilih bungkam dan menyimpan rapat-rapat di dalam hati, tidak mudah bagiku untuk sesumbar.

Di depanku, terhampar lembaran-lembaran kertas kosong yang rasanya ingin sekali ku menulis berbagai hal, semua yang terjadi di sini ingin sekali ku bagi lewat blog sebagai bahan tulisan untuk komunitas One Day One Post.

Juga, aku ingin sekali menuliskan permintaan maaf untuk keluarga ini karena telah kami repotkan, menulis ungkapan terima kasih atas segala bantuannya kepada kami, dan juga menulis isi di hati ini untuk Bima, ah..dasar anak introvert, senangnya menulis di atas kertas, mengkaitkan kata demi kata. 

"Ning, ngelamunin apa sih? Itu Bima nyariin dari tadi, kamu kemana aja?" tanya Kasih yang datang tiba-tiba

"Aku di sini aja kok, ngerjain laporan, nyatet apa yang penting, dirangkum loh Kasih..," jawabku salah tingkah saat ku tau Bima mencari keberadaanku. 

"Yaudah sana, jumpai dulu Bimanya, mau nembak kamu mungkin," kekeh Kasih

"Hush..jangan aneh..," sahutku tambah salah tingkah. Kali ini kebiasaan halu Kasih ku amin kan paling kencang. Karena sesungguhnya aku pun demikian.

Menuju sebuah gajebo yang terletak di sebelah kolam ikan nila pak Agus, aku melihat Bima duduk di sana, sesekali ia melemparkan pakan pelet untuk ikan peliharaanya. 

Lututku lemas, bagaimana kalau yang dikatakan Kasih terjadi? Perlahan aku mendekat, berusaha tidak menimbulkan suara dari langkah kaki ku, "Mas Bima nyari saya?" tanyaku, seketika Bima menoleh dengan senyum manis yang sulit terlukis, "Ning.. sini duduk," pinta Bima, aku langsung manut, bagai kerbau dicucuk hidungnya, "Besok kamu balik ke Bandung bareng aku, ya. Aku mau ketemu kedua orang tua kamu, meminta izin pada mereka untuk mendekati kamu," ucap Bima 

Deg! 

Ha? Gimana-gimana? Batinku beradu, tak terima diperlakukan semanis ini, seperti mimpi.

"Kok diem? Kamu keberatan?" tanya Bima lagi

"Em..anu..em..nganu..aduh gimana ya, Mas. Papa dan Mama aku galak, lho, nanti Mas Bima nyesel," 

"Insyaa Allah enggak, datang baik-baik kok, atau bila perlu bawa Bapa sama Ibu sekalian?" tanya Bima lagi

"Eh.. Jangan dulu, aduuh..em..aku belum wisuda, Mas, belum boleh nikah kata Mama," jawabku malu-malu, Aku pernah berjanji sama Mama dan Papa akan menyelesaikan kuliahku tepat waktu, urusan nikah, nanti lah, setelah wisuda, pikir ku.

"Hahahahaha...kirain kenapa, kamu takut banget, aku akan menunggu kamu selesai wisuda, kok, satu tahun lagi kan?" kekeh Bima, ia masih tertawa mendengar jawaban konyolku

"Enggak sampai setahun, setengah tahun lagi siap," jawabku masih dengan muka merah bak tomat ceri

"Nah...ikan sepat ikan gabus, dong," kini Bima justru berpantun, untung saja degup jantung ini tidak punya fitur loudspeaker, kalau ada, mungkin sudah di dengarnya irama jantung yang tak beraturan ini.

"Itu apa maksudnya?" dasar Ningrum si gadis polos. 

"Lebih cepat, lebih bagus..hahaha," Bima semakin mengeraskan suara tawanya, aku? Terus menunduk menahan malu juga haru. Akhirnya persoalan jodoh ini terpecahkan, jika selama ini aku selalu jadi bahan gunjingan para tante di setiap lebaran yang sibuk bertanya, "Mana cowoknya, Ning? Enggak diajak ke rumah tante?" dan sejuta obrolan percintaan lainnya, kini semua terjawab di waktu yang tepat. 

Saat ini, tiap kali balik kampung ke desa Blangu tempat Ibu dan Bapa mertua, aku selalu teringat kisah-kisah manis perjalanan penelitianku yang berakhir ke pelaminan. 

Desa Blangu akan selalu menjadi tempat balik kampung terfavorit sepanjang hidupku.


---------------------------------TAMAT---------------------------------



Komentar

  1. Aku ngakak banget bacanya apalagi pas Ning bilang Kasih kek orang-orangan sawah WKWKKWK

    Bima definisi cowok sat set sat settttr.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha...
      Syukur deh Vina bisa ngerasain jokes mamak-mamak yang disampaikan lewat cerpen, biasanya kalau kakak buat jokes begini, endingnya garing.. Hahaha


      Iyaa...sesuai kaan, relate banget sama keadaan sekarang, cowo dibedakan jadi dua tipe, kalau gak sat set sat set , ya hobi nya goshting

      Hapus
  2. Pulang kampung dipadukan dengan cinta-cintaan lucu banget sih wkwkwkwk
    nice mbaa cerpennya. Buat lanjutannya dong

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer