[Cerpen] Permata yang Terbuang

Juni 09, 2022
1 komentar
Nasi telah menjadi bubur, itu lah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku dan juga penyesalan kedua orang tuaku, mereka akan selalu diliputi rasa bersalah, ah..entahlah, apakah mereka merasa bersalah atau tidak, aku sudah tidak perduli. Dua puluh lima tahun yang lalu, hidupku sunyi, sepi, mereka selalu tidak pernah mengerti. Aku adalah permata yang terbuang, dan ini lah kisahku…
                                     ****

Namaku Olivia Ibrahim, aku adalah anak tunggal dari sepasang suami – istri – Omar Ibrahim dan Lovia Cemile, keturunan Turki-Indonesia, Papa adalah warga asli Indonesia dan Mama adalah warga asli Turki. 

Aku lahir, tumbuh dan besar di Indonesia, sejak menikah, Mama menetap dan merubah warga Negara menjadi warga Negara Indonesia, kehadiranku menjadi penyempurna di tengah-tengah keluarga kecil ini, dua tahun mereka menanti kehadiranku hadir melengkapi status pernikahan mereka, maka tak heran, semua fasilitas terbaik selalu mereka berikan padaku. 
Dengan segala keistimewaan itu, apakah hidupku sangat sempurna? Tidak. Tidak ada kesempurnaan di dunia ini, aku memang terlahir dari sepasang suami istri yang tampan dan cantik, perpaduan keduanya terlihat di wajahku, memiliki mata bewarna abu, dengan rambut cokelat bergelombang  dipadu kulit sawo matang menjadi perpaduan khas untukku. Aku bersyukur dilahirkan dengan fisik yang sempurna. 

“Ma, Pa…besok Oliv tampil di acara pensi sekolah, Mama dan Papa bakal nemenin aku, kan?”  

“Em…wait ya sayang, Mama lihat schedule dulu, nanti Mama kabarin,” 

“Papa gimana? Bisa kan?” aku masih berusaha untuk menjadi prioritas dalam hidup mereka, meski sulit.

“Papa kan sudah bilang sama kamu minggu lalu, ada meeting di Malaysia, sayang,”

“Kalau Mama dan Papa enggak bisa, nanti biar aunty Laras yang temenin kamu, ya?”

Begini lah hidupku, aku hanya terikat darah dengan mereka, tapi tidak dengan jiwaku, kalau bukan aunty Laras, ya Mbok Mirna yang akan nemenin aktivitasku di sekolah atau lainnya. 
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, hingga perguruan tinggi, kehadiran mereka tak pernah lagi ku nanti, tepatnya saat kelas empat sekolah dasar, aku menunggu mereka selama lima jam, dan tahu kan apa hasilnya? Yap, mereka ingkar lagi dan lagi, pekerjaan serta bisnis mereka adalah hal yang utama, aku? Hanya pajangan semata. 

Pernah suatu ketika, ada family gathering yang diselenggarakan oleh perusahaan tempat papaku bekerja, otomatis mereka membawaku serta, jujur, aku merasa sangat berarti, kekecewaan yang selama ini mereka limpahkan padaku seolah sirna seketika. 

Tapi.. kebahagiaanku sementara, esoknya mereka kembali seperti semula, harusnya kejadian memalukan saat family gathering kemarin menjadi pembelajaran untuk mereka.
Sebagai anak tunggal dengan kekayaan yang melimpah, ditambah wajah yang cantik pula, lelaki mana yang tidak tergoda? Hampir seluruh lelaki yang ku kenal pernah kencan denganku, aku tidak perduli, aku hanya ingin melampiaskan rasa kekecewaan serta kesepian yang selalu aku alami, tidak ada tempat ku untuk mengadu, menceritakan kisah-kisah remajaku seperti teman-temanku.

“Kamu harus ke psikiater deh, Liv, gak bisa kamu terus-terusan ngelukain diri kamu sendiri, mabuk, drugs, bahkan aborsi, mau sampai kapan?” tanya Laras, adik Papa sekaligus Tanteku satu-satunya, dia tahu betul apa yang kurasa, gundahku, sakitku, sepiku, namun, bagai anak ayam yang kehilangan induknya, semua saran darinya tak pernah aku indahkan, seperti mendapatkan kepuasan sesaat ketika aku melakukan hal buru itu lagi dan lagi.

“Kamu mau kemana, Liv? Mama dan Papa kamu bentar lagi nyampe Jakarta, lho,” tanya Laras
“Oh. Baguslah, kembali dengan selamat mereka, mala mini aku mau dugem, Tan, mau ikut? Oh ya, kalau mereka nanya aku lagi di mana, jawab aja lagi surga,” jawabku asal, aku memang tidak memang serius menanggapi kehadiran mereka setelah melakukan perjalanan dari luar negeri yang pasti untuk urusan bisnis.

“Hush…ngarang kamu, kapan kamu pulang?” 
“Nanti deh tunggu mereka pergi untuk urusan bisnis lagi, huweek…huweek…,”

“Kaaa…kamu hamil lagi, Liv?” Tanteku nampaknya tekerjut, kelihatan banget dari pertanyaannya.

Ya, ini kali ketiga aku hamil, janin tak berdosa yang aku sendiri tidak tahu siapa ayahnya, semua terjadi begitu saja, setiap bertemu dengan lelaki baru yang memberikan perhatian penuh padaku, aku luluh, rasa hangat yang mereka berikan itu lah yang tak pernah aku dapatkan dari seseorang yang ku panggil Papa. 

“Halo, ya, selamat malam, ya benar saya orang tua dari Olivia Ibrahim, ada apa dengan putri saya?” 

“…………..”

“Apa? Tidak..tidak mungkin, anak saya tidak mungkin begitu, dia  wanita terpandang,”

“…………..” 

“Baik, kami akan segera ke sana,”

Malam itu adalah malam naas untukku, tanpa disangka, sebuah penggerebekan terjadi di club tempat aku dan teman-temanku melakukan pesta, dari cerita yang aku dengar lewat Tante Laras, Mama sempat pingsan mengetahui namaku ada dalam daftar orang-orang yang sedang melakukan pesta, ditambah lagi saat pengecekan urine, aku dinyatakan hamil, bertambah pilu hati mereka, itu yang ku dengar. 
Apakah aku merasa puas telah mempermalukan mereka? Jawabannya tidak, justru hatiku semakin rapuh bagai tersayat sembilu saat tahu, dua hari setelah mereka menjengukku di kantor polisi, Mama jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Kini, penyesalan sudah tiada guna, nasi telah menjadi bubur, waktu juga tidak bisa diulang kembali, ini adalah konsekuensi yang harus dihadapi, membesarkan janin tanpa ayah di dalam sel penjara merupakan teguran dari Sang Kuasa. Tepat setahun aku mendekam di dalam jeruji besi, Mama kembali pada Sang Illahi, padahal aku baru saja memberikan mereka seorang cucu cantik yang aku harus aku sambut kedatangannya dengan kondisi yang carut-marut. 

Tidak ada akhir yang bahagia untuk cerita luka yang terus dibiarkan menganga. 

TAMAT.

Komentar

  1. Absennya perhatian orang tua yang bikin Olivia cari perhatian di luar. Banyak yang seperti ini di dunia nyata. Semoga semua perempuan seperti Olivia dikuatkan dan berjuang untuk menjadi orang tua yang lebih baik buat anaknya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer