Cerbung : Sujud Terakhir Ayah Part 5

Juni 15, 2022
0 komentar
Assalamualaikum.. Hai sobat HujanPena, seperti biasa setiap Senin dan Rabu, Aku bakal tayangin kelanjutan cerita bersambung dari Sujud Terkahir Ayah. Enggak terasa sudah sampai di part 5

Belum baca part 4? Klik link part 4 untuk membaca part sebelumnya, ya..

                                     ⭐⭐⭐

Satu tahun sudah berlalu sejak kepergian Hafiz merantau menimba ilmu di negeri orang, tahun ini pula menjadi tahun pertama Hafiz tidak dapat berkumpul dengan keluarganya saat momen Idul Fitri, bukan tanpa sebab kealpaan Hafiz tahun ini, situasi pandemi, keterbatasan berpergian antar provinsi bahkan antar negara menjadi alasannya. 

"Ayah pasti sedih, ya, kak Hafiz tidak bisa berkumpul bareng kita tahun ini?" tanya Mumtaz sembari melanjutkan kegiatannya memasukkan beras dalam balutan daun pisang untuk direbus setelahnya.

"Tidak, Ayah tidak begitu sedih, masih ada kamu, Yusuf menemani Ayah dan Ibu," jawab Mahmud dengan wajah sendu menahan rindu untuk sang anak yang sedang menimba ilmu.

"Doakan Aku dan Yusuf bisa membanggakan Ayah dan Ibu seperti kak Hafiz, ya, Ayah," tutur Mualimah melanjutkan

"Pasti, Nak. Doa Ayah dan Ibu mu selalu untuk kalian, kalian anak-anak kebanggaan Ayah, Ayah merasa sangat bersyukur dan bangga sama kamu, kamu putri satu-satunya Ayah, tidak pernah mengeluh apalagi malu, mengeluh jika harus menjagakan adikmu menggantikan Ibu, dan malu membantu Ayah berjualan di pajak pekan," jawab Mahmud dengan tangan yang membelai halus kepala anak perempuan satu-satunya. 

Di tengah kurangnya minat anak-anak ikut andil membantu kedua orang tuanya bekerja, Mumtaz tak pernah merasa malu, bahkan sesekali ia membawa dagangan sang Ayah yang sudah dipesan hari sebelumnya oleh beberapa guru sekolahnya. Betapa bersyukurnya Mahmud dan Mualimah memiliki anak-anak sholeh dan sholeha seperti Hafiz, Mumtaz dan Yusuf.

"Lagi ngobrolin apa sih, Yah?" tanya Mualimah, datang dengan baskom besar di tangannya. 

"Mumtaz bertanya pada Ayah beberapa hal, salah satunya ini nih, gimana cara menggulung daun pisang untuk lontong agar tidak pecah?" jawab Mahmud sekenanya

"Yakin? Ibu enggak dengar begitu, deh?" kekeh Mualimah memaksa dengan dahi kerutnya. 

"Mumtaz tanya sama Ayah, apa Ayah rindu dengan Kak Hafiz? Tahun ini kak Hafiz gak pulang kan, Bu?" imbuh Mumtaz

"Semua orang tua pasti merindukan anaknya dimana pun anaknya berada, nanti, ketika kamu sudah dewasa, menikah dan dibawa suamimu kelak, Ayah dan Ibu pasti merindukanmu juga," tutur Mualimah.

Anak adalah titipan, sewaktu-waktu bisa saja pergi dari hidup kita, entah karena tutup usia, pergi merantau untuk bekerja atau belajar, dan membina rumah tangga dengan jodohnya kelak apabila asal sang jodoh jauh. 

Tugas orang tua adalah membentuk karakter sang anak agar kemanapun mereka pergi, mereka menjadi yang lebih baik dari kedua orangtuanya. 

Allahu akbar.... Allahu akbar.. Allahu akbar..
Laaa illahaillahu wallahu akbar 
Allahu akbar wa lillah hilhamd

Pukul lima sore, sidang Isbat pun dilakukan dengan putusan 1 Syawal jatuh pada Rabu 12 Mei 2021, dan selepas menunaikan shalat maghrib berjamaah, mulai lah terdengar kumandang takbir menyambut hari nan fitri.

Selama pandemi singgah ke penjuru negeri, suasana hari raya idul fitri terasa sunyi, jika biasanya sanak saudara akan berkunjung, berkumpul, semua anak-anak menikmati suasana lebaran dengan penuh suka cita, menyalakan kembang api, ramai-ramai pawai dengan obor bambu di tangan. Namun, tidak untuk tahun-tahun belakangan, hampa bagai kehilangan jiwa.

Keluarga Mahmud salah satunya, ketidak hadiran Hafiz cukup menyita hati keluarga ini, meski semua anggota keluarga nampak biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri seperti ada yang tidak biasa. 

"Assalamu'alaikum Ayah, Ibu, Mumtaz dan Yusuf," sapa Hafiz dari ujung sana dengan panggilan video memanfaatkan fitur dari aplikasi buatan Canada. 

"Waa'alaikumsalam, Nak, gimana persiapan lebarang kalian?" tanya Mualimah mengawali, ia sudah tak sabar ingin melihat santapan apa yang mereka-Hafiz dan teman-teman awardee- siapkan untuk esok hari.

"Alhamdulillah, Bu. Teman-teman mulai masak sejak tadi sore, ada masak rendang, gulai ayam, opor ayam, sambal ati ampela, mihun. Teman-teman sengaja membuatnya untuk mengenang lebaran mereka di Indonesia, Bu," kekeh Hafiz melihat banyak sekali makan yang mereka masak untuk besok, padahal jumlah mereka hanya beberapa orang saja, teman-teman Indonesia lainnya tidak bisa saling kunjung mengingat pembatasan kunjungan antar kota di Kairo. 

Hanya Mualimah yang terus menanyakan keadaan sang putra. Mumtaz hanya ikut nimbrung tanpa paham apa yang akan ditanyakannya, apalagi Yusuf, dia asyik melihat aktivitas yang dilakukan teman-temannya bermain kembang api di halaman rumah. 

Mahmud sesekali bolak-balik, sengaja mendengar apa yang diperbincangkan ibu dan anak tanpa berani bergabung, ia takut tidak bisa menahan rasa rindunya hingga menitikan air mata. 

"Ayah kemana, Bu?" tanya Hafiz di sela-sela obrolan seputar rendand dan opor ayam beserta teman-temannya

"Sekarang di Mushollah, tadi di sini kok, ya kan, Kak?" Mualimah menegaskannya pada Mumtaz yang juga mengetahui keringsungan sang Ayah yang wara-wiri sedari tadi.

"Heem.." sahut Mumtaz dengan anggukan kepala

"Doakan Hafiz sehat-sehat ya, Bu, insyaa Allah jika pandemi telah berakhir, Hafiz akan pulang, selain kepulangan Hafiz setelah lulus nanti," ujar Hafiz memberi harapan pada sang Ibunda. 

"Aamiin.. Semoga Allah mudahkan ya, Nak. Seng penting, kamu di sana sehat, belajar yang tekun, bulan depan padi kita panen, Ibu akan kirim uang untuk kebutuhanmu di sana," jawab Mualimah

Begitu lah orang tua, sesulit apapun ekonominya, mereka akan terus memikirkan bagaimana anaknya, kehidupannya layak atau tidak, waktu makan teratur apa tidak. Sedangkan kita, semakin dewasa kebanyakan lupa bertanya kabar, lupa mengunjungi, lupa memeriksa kesehatan mereka yang kian hari kian menurun. 

                                    ⭐⭐⭐

Rabu ini dikasih cerita-cerita sendu dulu, yah..  Kebanyakn percakapan orang tua dan anak yang semoga mengingatkan kita untuk menghubungi, bertanya kabar dan berkunjung, sekedar melihat bahkan menghibur orang tua di sisa-sisa umur mereka. 

Cerbung ini dipastikan tidak banyak-banyak partnya, takut pembaca bosyen..hihi

Selamat menikmati ceritanya, semoga banyak pelajaran sederhana yang bisa dipetik, yah..

♥️♥️


Komentar

Postingan Populer