Memaknai Puisi Bertema Overthinking
Mendengar kata overthinking, rasanya kita akan langsung tertuju pada sebuah kebiasaan berpikir berlebihan yang justru membuat tertekan, kata overthinking sendiri berasal dari kata bahasa Inggris yang artinya adalah berpikir secara berlebihan, meski kedengarannya kata overthinking biasa tersemat di kalangan millenial, nyatanya overthinking dapat menyerang siapa saja, tidak memandang usia.
Ketika kita mengalami overthinking, kita biasanya akan memfokuskan pikiran kita mengingat penyesalan – penyesalan yang terjadi di masa lalu, atau berpikir keras tentang bagiamana kita di masa depan, sejauh ini, kekhawatiran yang berlebih akan masa depan menjadi faktor utama overthinking.
Meski dinilai buruk, kecemasan serta kekhawatiran berlebih yang menjadi beban pikiran akan menjadi sebuah maha karya jika ditempatkan di jalur yang benar.
Kali ini, saya akan memberikan beberapa puisi yang tercipta atas rasa kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan berlebih yang seringnya kita sebut dengan overthinking.
JIKA MATI
Jika nadi berhenti mengalirkan inti sari
Tak mungkin jantung berlari memperbaiki
Jika napas tertolong alat bantu
Bagiamana paru-paru kembali menderu?
Jika tangis tak lagi jadi pertanda hadir
Bagaimana tawa menjadi selir?
Jika tubuh tak lagi gagah bergerak mendahului bayangannya
Apa mungkin mesin yang akan menggantinya?
Jika panasnya sang surya tak membawa kehangatan
Apa mungkin dinginnya salju mampu gantikan?
Dunia seakan dipenuhi tanda tanya tak berkesudahan
Seolah kita dapat temukan jawaban
Hingga dada membusung ke depan
Kita masih diam tanpa tanggapan
Dunia semakin renta penuh kehancuran
Tapi kita tetap abai dalam kebisuan
Membenarkan setiap kesalahan
Bukan mencari kebenaran
Puisi yang berjudul Tentang Mati karya Siti Nurhayati salah satu bukti, sebuah pemikiran absurd yang sering menghantui, sadar jika diri ini masih perlu memperbaiki, kegundahan amalan-amalan sederhana selama di dunia apakah akan berarti ketika sudah mati?
Hal-hal sepele maupun hal besar dalam hidup seolah memiliki ruang khusus dan pikiran kita, ada yang terlupakan padahal jelas akan kita rasakan, seperti kematian, sering diabaikan, minim persiapan, tau-tau kejadian.
Mati adalah sesuatu yang pasti, seharusnya mempersiapkan diri, berserah pada sang Illahi.
Ujiannya Saja yang Berbeda
Seorang anak baru lahir dipaksa nyaman oleh keadaan
Dipaksa melepas hangatnya rahim yang hanya sebentar
Tangisannya menjadi pertanda bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja
Dipenuhi kemunafikan, kepalsuan dan kekosongan
Tak ada manusia sempurna meski terlihat bergelimang harta
Manusia diciptakan sepaket dengan ujiannya
Ada sepasang kekasih berharap restu dalam balutan keyakinan yang berbeda
Lalu, ada pula sepasang suami-istri setia menanti datangnya sang buah hati
Ada pula si kaya yang selalu tertawa saat terang, lalu menangis mengais luka di kala temaram
Si miskin setiap hari mengais sebungkus nasi
Demi mengisi sejengkal penuh arti
Meski perih, mereka bangga atas rejeki hasil keringat sendiri
Semua makhluk-Nya diuji tidak terkecuali
Karena sejatinya, ujian datang untuk menguatkan doa, dan usaha kepada sang Illahi
Melalui penggalan kata yang tertuang dalam puisi yang berjudul Ujiannya Saja yang Berbeda, sudah bisa dibayangkan, puisi ini tercipta dari rasa ketidakadilan yang terus bergelayut dalam ingatan, mengapa ada si kaya dan si miskin? Lalu mengapa harus aku yang merasakan pahit? Mengapa hanya aku yang menderita?
Puluhan bahkan ratusan pertanyaan yang ditujukan untuk mengerutuki nasib datang silih berganti, hingga rasa syukur pun tak dapat diresapi, kita hanya melihat penderitaan diri dalam cermin yang memantulkannya, padahal manusia mana yang tidak diuji oleh-Nya, semua manusia diuji, ujiannya saja yang berbeda, rasa sakit dan perjalanannya berbeda.
Daripada terus menyesali takdir diri, sibuk mencari validasi atas semrawutnya pikiran ini, alangkah baiknya kita bertanya, sudah kah kita bersyukur hari ini? Ingat, setiap masa pasti ada orangnya, dan setiap orang memiliki masanya. Stop berpikir berlebihan, mari ikhlaskan dan biarkan semua terjadi sesuai dengan yang Allah rencanakan.
Itulah tadi beberapa puisi yang berkaitan dengan overthinking beserta penjelasan makna yang terkandung di dalamnya. Daripada menyesali yang tidak ada, bagaimana kalau dijadikan sebuah karya?
Bahas pengalaman tentang overthinking dong kak, menarik sepertinya
BalasHapusNext time, ya
HapusSemoga maha karya ini menemukan titik balik dengan hati yang dipenuhi rasa syukur. Menikmati proses dengan penuh ketenangan,
BalasHapusAamiin kak Windi
HapusMemilih untuk nggak mengikuti gelombang overthinking yang nggak pernah usai, dan mengubahnya menjadi sebuah karya yang sarat makna ini membuktikan si empunya rasa cukup kuat untuk mengubah ketidaknyamanannya menjadi sebuah karya. Nggak semua orang bisa, selalu salut dengan orang-orang seperti ini.
BalasHapusCikal bakal munculnya banyak buku-buku galau..hehe
Hapus