Pulau Penyengat : Destinasi Wisata Bernilai Sejarah
Maret 08, 2023
1 komentar
Siapa sangka terdapat pulau kecil di kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, yang menyimpan sejarah-sejarah keislaman sekaligus sejarah kesusastraan Indonesia. Pulau Penyengat adalah sebuah pulau yang berukuran sekitar 2.000 meter dan lebar 850 meter.
Untuk mengunjungi Pulau Penyengat, Sobat wajib singgah ke kota Tanjungpinang lalu menaiki perahu kayu yang sering disebut perahu pompong selama kurang lebih 15 - 20 menit.
Liburan tak terduga itu bermula di tahun 2018 pada bulan April, di mana pada saat itu, seorang teman yang datang jauh-jauh dari Tebing Tinggi ke kota Batam. Tak elok rasanya tidak mengajaknya berkeliling Kepulauan Riau yang memiliki banyak tempat wisata yang dikemas indah dengan kearifan lokal setempat.
Bertolak dari Batam sekitar pukul 8 pagi, dari pusat kota Batam kami menuju Pelabuhan Punggur menuju kota Tanjungpinang. Menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam, akhirnya kami sampai di Ibu kota Kepulauan Riau tersebut.
Awalnya sempat bingung ingin berkeliling kemana, karena kota Tanjungpinang tidaklah besar, malah lebih luas kota Batam. Berbekal bertanya pada salah seorang murid yang berdomisili di Tanjungpinang dan menyarankan kami untuk pergi ke pulau Penyengat, maka perjalanan pun dimulai.
Nama pulau Penyengat sendiri berasal dari nama hewan sebangsa serangga yang mempunyai sengat berbisa. Menurut cerita rakyat yang beredar, ada segerombolan pelaut yang melanggar pantangan ketika mengambil air sehingga mereka disengat oleh sekumpulan serangga. Atas kejadian itulah Pulau kecil berukuran panjang 2.000 meter ini diberi nama Pulau Penyengat.
Keberadaan Pulau Penyengat tidak dapat dipisahkan dari peristiwa jatuh bangunnya Imperium Melayu yang sebelumnya terdiri dari wilayah Kesultanan Johor, Pahang, Siakdan Lingga, khususnya di bagian selatan dari Semenanjung Melayu.
Tak heran, jika keberadaan Pulau Penyengat memiliki peran penting dan menyimpan banyak sejarah.
Sekitar pukul 10 pagi kami sampai di pulau Penyengat. Hal pertama yang kami rasakan adalah suhu di pulau penyengat cukup panas, apakah karena faktor cuaca yang memang memasuki musim kemarau ditambah lagi dengan kondisi pulau yang dikelilingi laut lepas seolah menambah level matahari yang berada di atas kepala.
Berkunjung di hari kerja adalah keputusan yang tepat. Khusus bagi saya seorang yang suka menyendiri, saya lebih suka mengunjungi daerah yang sepi namun menyimpan berjuta misteri.
Begitu memasuki gerbang utama pulau Penyengat, mata kami dimanjakan oleh gapura kokoh bewarna kuning yang bertuliskan “Selamat Datang di Pulau Penyengat”
Kesan sejarah terpancar dari tiap ukiran serta pemilihan warna yang didominasi warna kuning. Konon, warna kuning adalah warna kebanggan Suku Melayu, dan kota Tanjungpinang maupun Pulau Penyengat sendiri mayoritas penduduk asli ialah masyarakat suku Melayu.
Masih jelas dalam ingatan saya kala itu, terdapat beberapa kedai tradisional yang menjajakan makanan khas kota Tanjungpinang yaitu Otak-Otak.
Terbuat dari daging ikan tenggiri, diolah menggunakan rempah-rempah khas lalu dibungkus daun kemudian dibakar, membuat citarasa Otak-Otak khas Tanjungpinang berbeda dari yang lain.
Bermodalkan tekad dan rasa ingin tahu yang besar, kami memutuskan untuk berkeliling menggunakan becak motor yang siaga menunggu wisatawan di pintu gerbang Pulau Penyengat.
Pengemudi becak motor bersedia menghantarkan kami berkeliling, melihat beberapa peninggalan sejarah yang wajib kami datangi ketika mengunjungi Pulau Penyengat, seperti :
Tidak hanya itu, tiap-tiap arsitektur yang terdapat di dalam masjid sangat unik dan sarat akan simbol-simbol ajaran agama. Pada tangga masjid, terdapat 13 buah anak tangga sebagai implementasi 13 rukun shalat. Terdapat 6 buah jendela yang melambangkan rukun iman, terdapat 5 pintu sebagai lambang rukun Islam.
Masih berlantaikan kayu, Sobat Pena akan merasakan sensasi bak seorang putri kerajaan jika menyewa beberapa baju adat serta ornamen-ornamennya.
Namun, sebelum memasuki Balai Adat Indra Perkasa, Sobat akan diajak untuk mendengarkan kisah sumber mata air tawar yang tidak pernah kering, tepat berada di bawah Balai Adat Indra Perkasa. Sumber mata air tawar inilah yang dahulu menjadi tujuan utama para pelaut untuk singgah ke pulau ini.
Terdapat beberapa lokasi makam-makam para Raja. Yang pertama ialah komplek makam Raja Haji Fisabilillah. Kedua, komplek makam Engku Putri Raja Hamidah dan raja Ali Haji. Ketiga, komplek makam Raja Abdurrahman, dan yang terakhir adalah komplek makam Raja Jakfar.
Masyarakat setempat sangat menghormati makam-makam para Raja sehingga makam-makam tersebut terawat, terjaga dan juga bersih.
Untuk mengunjungi Pulau Penyengat, Sobat wajib singgah ke kota Tanjungpinang lalu menaiki perahu kayu yang sering disebut perahu pompong selama kurang lebih 15 - 20 menit.
Liburan tak terduga itu bermula di tahun 2018 pada bulan April, di mana pada saat itu, seorang teman yang datang jauh-jauh dari Tebing Tinggi ke kota Batam. Tak elok rasanya tidak mengajaknya berkeliling Kepulauan Riau yang memiliki banyak tempat wisata yang dikemas indah dengan kearifan lokal setempat.
Bertolak dari Batam sekitar pukul 8 pagi, dari pusat kota Batam kami menuju Pelabuhan Punggur menuju kota Tanjungpinang. Menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam, akhirnya kami sampai di Ibu kota Kepulauan Riau tersebut.
Awalnya sempat bingung ingin berkeliling kemana, karena kota Tanjungpinang tidaklah besar, malah lebih luas kota Batam. Berbekal bertanya pada salah seorang murid yang berdomisili di Tanjungpinang dan menyarankan kami untuk pergi ke pulau Penyengat, maka perjalanan pun dimulai.
Sejarah Pulau Penyengat
Pulau kecil yang berada di muara Sungai Riau, Pulau Bintan ini telah lama dikenal oleh para pelaut sejak beratus-ratus tahun lalu karena menjadi tempat persinggahan untuk mengambil air tawar sebagai persediaan mereka selama melaut. Air tawar yang terdapat di Pulau Penyengat berjumlah sangat banyak karena bersumber dari sebuah sumber mata air yang hingga saat ini masih terjaga keberadaanya.Nama pulau Penyengat sendiri berasal dari nama hewan sebangsa serangga yang mempunyai sengat berbisa. Menurut cerita rakyat yang beredar, ada segerombolan pelaut yang melanggar pantangan ketika mengambil air sehingga mereka disengat oleh sekumpulan serangga. Atas kejadian itulah Pulau kecil berukuran panjang 2.000 meter ini diberi nama Pulau Penyengat.
Keberadaan Pulau Penyengat tidak dapat dipisahkan dari peristiwa jatuh bangunnya Imperium Melayu yang sebelumnya terdiri dari wilayah Kesultanan Johor, Pahang, Siakdan Lingga, khususnya di bagian selatan dari Semenanjung Melayu.
Tak heran, jika keberadaan Pulau Penyengat memiliki peran penting dan menyimpan banyak sejarah.
Pulau Penyengat : Destinasi Liburan yang Mengesankan
Sekitar pukul 10 pagi kami sampai di pulau Penyengat. Hal pertama yang kami rasakan adalah suhu di pulau penyengat cukup panas, apakah karena faktor cuaca yang memang memasuki musim kemarau ditambah lagi dengan kondisi pulau yang dikelilingi laut lepas seolah menambah level matahari yang berada di atas kepala.
Berkunjung di hari kerja adalah keputusan yang tepat. Khusus bagi saya seorang yang suka menyendiri, saya lebih suka mengunjungi daerah yang sepi namun menyimpan berjuta misteri.
Begitu memasuki gerbang utama pulau Penyengat, mata kami dimanjakan oleh gapura kokoh bewarna kuning yang bertuliskan “Selamat Datang di Pulau Penyengat”
Kesan sejarah terpancar dari tiap ukiran serta pemilihan warna yang didominasi warna kuning. Konon, warna kuning adalah warna kebanggan Suku Melayu, dan kota Tanjungpinang maupun Pulau Penyengat sendiri mayoritas penduduk asli ialah masyarakat suku Melayu.
Masih jelas dalam ingatan saya kala itu, terdapat beberapa kedai tradisional yang menjajakan makanan khas kota Tanjungpinang yaitu Otak-Otak.
Terbuat dari daging ikan tenggiri, diolah menggunakan rempah-rempah khas lalu dibungkus daun kemudian dibakar, membuat citarasa Otak-Otak khas Tanjungpinang berbeda dari yang lain.
Bermodalkan tekad dan rasa ingin tahu yang besar, kami memutuskan untuk berkeliling menggunakan becak motor yang siaga menunggu wisatawan di pintu gerbang Pulau Penyengat.
Pengemudi becak motor bersedia menghantarkan kami berkeliling, melihat beberapa peninggalan sejarah yang wajib kami datangi ketika mengunjungi Pulau Penyengat, seperti :
Beberapa Spot yang Wajib Dikunjungi di Pulau Penyengat
1. Shalat dan Mengenal Sejarah Islam yang Masuk di Pulau Penyengat
Masjid Raya Sultan Riau yang menggunakan putih telur sebagai campuran perekatnya. Saat kami melihat lebih dekat rasanya sungguh tak percaya bahwa putih telur menjadi campuran untuk membuat masjid.credit : Wikipedia |
Tidak hanya itu, tiap-tiap arsitektur yang terdapat di dalam masjid sangat unik dan sarat akan simbol-simbol ajaran agama. Pada tangga masjid, terdapat 13 buah anak tangga sebagai implementasi 13 rukun shalat. Terdapat 6 buah jendela yang melambangkan rukun iman, terdapat 5 pintu sebagai lambang rukun Islam.
2. Balai Adat Indra Perkasa
Tempat selanjutnya ialah Balai Adat Indra Perkasa. Tak ubahnya seperti Istana Maimun, pengunjung diperbolehkan untuk menyewa beberapa baju adat khas Melayu.Masih berlantaikan kayu, Sobat Pena akan merasakan sensasi bak seorang putri kerajaan jika menyewa beberapa baju adat serta ornamen-ornamennya.
Namun, sebelum memasuki Balai Adat Indra Perkasa, Sobat akan diajak untuk mendengarkan kisah sumber mata air tawar yang tidak pernah kering, tepat berada di bawah Balai Adat Indra Perkasa. Sumber mata air tawar inilah yang dahulu menjadi tujuan utama para pelaut untuk singgah ke pulau ini.
3. Makam – Makam Para Raja
Masyarakat setempat sangat menghormati makam-makam para Raja sehingga makam-makam tersebut terawat, terjaga dan juga bersih.
Tidak lupa pula mengunjungi patung gonggong ikon kota tanjung pinang.
BalasHapus