Fatherless Kids: Mengapa Harus Selalu Ibu? Ayah Kemana?

Maret 16, 2023
1 komentar
Isu seputar fatherless kini mulai mendapatkan tempat strategis. Banyak psikolog anak maupun komunitas-komunitas parenting terus membicarakannya. 

Sobat Pena masih ingat ga beberapa bulan lalu saya juga sempat membahas isu fatherless, manfaat bermain bersama ayah, dan peran kehadiran orang tua terhadap tumbuh kembang anak? 

Rasanya tidak akan pernah kehabisan ide untuk terus menyuarakan isu-isu seputar fatherless. Why? Karena Indonesia termasuk negara darurat peran ayah. Kok bisa? Bukannya sebagian besar anak Indonesia lahir dan berkembang dalam keluarga yang utuh? Ada ayah serta ibu dalam tatanan keluarga. 

Mari kita bahas detil berdasarkan fakta dan data di lapangan. 

Fakta dan Data Fatherless di Indonesia

Istilah fatherless pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat, Edward Elmer Smith. Beliau mengatakan ketidakhadiran seorang ayah baik secara fisik maupun psikologis dalam kehidupan anak dapat mengakibatkan kondisi fatherless pada anak - fatherless kids


Sejak tahun 2017, Indonesia sudah menempati urutan ketiga sebagai fatherless country. Data tersebut secara akumulatif dikumpulkan oleh seorang psikolog Elly Risman lewat penelitian beliau mulai dari tahun 2008 hingga 2010 dengan melibatkan 33 provinsi di Indonesia.

Hasilnya? Anak Indonesia hanya memiliki waktu 65 menit per hari untuk bertemu Sang ayah. keterlibatan ayah dalam tumbuh kembang anak masih sangatlah minim, sehingga tidak heran jika Indonesia menjadi salah satu negara paling "yatim"

Data lainnya yang tak kalah mengejutkan adalah lebih dari 20 juta anak tinggal di sebuah rumah tanpa kehadiran ayah secara fisik, jutaan lainnya tinggal bersama ayah di satu rumah yang sama, mendapati kehadiran fisik sang ayah namun tidak dengan emosionalnya. 

fatherless-kids

Artinya apa? Fatherless bukan hanya soal anak yang kehilangan sosok ayah karena perceraian atau kematian, melainkan sebuah fenomena luas yang terjadi di depan mata. Secara fisik ayah memang berada di sekitar anaknya namun tidak dengan perannya. 


Apakah Ada Hubungan Antara Sistem Patriarki dengan Fatherless?

Patriarki adalah sebuah sistem sosial di mana lelaki memegang kekuasaan penuh terhadap pendidikan, politik, ekonomi, sosial, hukum dan lain-lain. Sistem sosial Patriarki menjadikan pihak laki-laki memiliki keistimewaan terhadap perempuan. 

Lantas, apa hubungannya dengan fatherless? 

Dengan berlakunya sistem sosial seperti ini menimbulkan persepsi bahwa perempuan harus tunduk, menaati segala perintah laki-laki. Laki - laki yang tumbuh dalam sistem sosial patriarki menganggap diri mereka bebas tugas dari segala urusan rumah tangga dan anak. Mengurus anak hanyalah kewajiban Ibu saja, mengurus pekerjaan rumah mutlak merupakan tugas seorang istri. 

Tanpa sadar, kita hidup dalam budaya tersebut, bukan? Padahal seharusnya, mengasuh, mendidik bahkan melakukan tugas rumah tangga merupakan tanggung jawab bersama, baik Ayah maupun Ibu memiliki peran pentingnya masing-masing. 

Anak nakal di sekolah, ibu yang disalahkan.
Anak sakit, engga mau makan, ibu yang disalahkan.
Anak tidak berprestasi di sekolah, ibu yang disalahkan.
Ketika ibu memilih bekerja, dianggap egois pada anak.
Anak mau masuk sekolah, ibu yang diuber-uber.

Semua seolah menjadi tanggung jawab ibu sepenuhnya. Dimana peran ayah? Kalau ibu terus mengambil peran dalam hidup anak, lalu kapan mereka akan mengenal ayahnya? Kapan bonding diantara mereka terbentuk? Kapan emosional mereka akan bersatu? 

fatherless-kids

Menurut saya, ketidakhadiran ayah secara emosional jauh lebih berdampak pada kesiapan mental anak di masa depannya. Ketidakhadiran ayah secara emosional tidak jarang menimbulkan masalah baru khususnya bagi anak laki-laki di mana mereka akan sulit bersosialisasi dan kesulitan untuk mengidentifikasi gender karena tidak adanya figure ayah dalam kehidupannya. 

Bagaimana caranya ayah ikut dalam pertumbuhan anak kan harus pergi bekerja setiap hari? Pertanyaan klise yang selalu akan kita dengar dari masyarakat dengan budaya patriarki yang mengakar kuat.

Sebenarnya, ada banyak cara juga kegiatan yang dapat dihabiskan bersama anak. Kehadiran disini tidaklah harus mengikat waktu para ayah. Ayah cukup melakukan kegiatan sederhana seperti membacakannya dongeng sebelum tidur, bergantian mengantar dan menjemput anak, pergi menghabiskan waktu untuk menonton film favorit ataupun melakukan hobi bersama anak merupakan segelintir cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir fatherless kids di Indonesia. 


Dampak Negatif Fatherless bagi Anak 

Setiap anak memiliki kebutuhan emosional yang berbeda. Kehadiran ayah dalam hidup seorang anak laki-laki pastilah berbeda dengan kehadiran ayah dalam hidup seorang anak perempuan. Maka, di kesempatan kali ini saya akan mencoba menguraikan dampak negatif dari kedua sisi berdasarkan gender seksual anak.

  • Dampak Negatif Fatherless bagi Anak Laki-laki

Anak lelaki membutuhkan sosok tegas dan berwibawa dalam kehidupannya agar tidak menimbulkan kebingungan untuk mengidentifikasi gender seksualnya. 

Pernah ga sih Sobat berpikir "Kenapa ya anak laki-laki sekarang hobi banget berlaku seperti perempuan?"

Terlepas dari apakah itu semua hanyalah tuntutan pekerjaan ataupun peran. Namun fenomena ini tidak hanya terjadi pada beberapa orang saja melainkan semakin hari semakin banyak. 

Belum lagi orientasi seksual menyimpang semakin banyak terlihat, maraknya kasus LGBT di kalangan generasi muda tidak dapat dianggap sebelah mata. 

Seorang psikolog klinis, Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog, menuturkan bahwa anak yang tidak dekat dengan Ayahnya memiliki kesulitan dalam mengidentifikasikan gendernya. Hal ini nantinya akan berkaitan erat dengan orientasi seksualnya.

"Father hunger banyak membuat anak menjadi salah pergaulan. Akhirnya, mereka mengalami disorientasi seksual," tambah Danang Baskoro, M.Psi. pada HaiBunda.com beberapa waktu lalu. 

Selain itu, anak lelaki yang tidak mendapat contoh langsung dari figure seorang ayah akan mengalami kesulitan saat bersosialisasi. Belum lagi saat menginjak dewasa dan menjadi ayah pula, mereka akan cenderung meneruskan pola yang sama. Kapan angka fatherless berkurang jika begini? 

  • Dampak Negatif Fatherless bagi Anak Perempuan

Cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya. Ayah menjadi sosok lelaki pertama yang bertugas melindungi anak perempuannya. Lantas, jika semua itu tak didapat karena berbagai alasan, apa yang akan terjadi? Jawaban sederhananya, anak perempuan akan mencari sosok lelaki dewasa seperti sosok yang hilang dalam dirinya. 

Hilangnya sosok ayah dapat berdampak fatal bagi anak perempuan, diantaranya, anak tidak akan lepas dari laki-laki, lebih agresif terhadap laki-laki. 

Kedua dampak tersebut dapat menyebabkan masalah baru lho, Sob. Ketidakpuasan terhadap sosok lelaki membuat anak perempuan mudah dieksploitasi di masa dewasanya. Miris!

Penutup

Engga nyangka banget ternyata dari satu problem akan menimbulkan problem baru yang lebih kompleks. Oleh karena itu, mari bersama-sama berusaha mengurangi angka fatherless kids di Indonesia. 

Anak-anak kita berhak mendapatkan pengasuhan, perlindungan, kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya, bukan salah satu saja. 

Caranya? Mulailah untuk mau terus belajar, Sob. Mempelajari ilmu-ilmu parenting dari berbagai sumber. Karena menjadi orang tua adalah pekerjaan seumur hidup, belajarnya sepanjang waktu. 

Anak yang tumbuh bersama kita adalah makhluk hidup yang tidak hanya membutuhkan makan dan minum untuk dapat bertahan hidup, mereka perlu untuk dipedulikan, diperhatikan, dirawat dan dijaga dengan sepenuh hati. 

Ayah, yuk! stop fatherless kids dengan lebih banyak andil dalam kehidupan anak. Karena anak adalah tanggung jawab bersama. 

Referensi:

https://www.popmama.com/kid/1-3-years-old/winda-carmelita/indonesia-termasuk-negara-fatherless-apa-penyebabnya?page=all

https://syncplanner.id/fatherless-country/

https://www.haibunda.com/parenting/20221230155902-62-293461/3-dampak-psikologis-anak-laki-laki-yang-dibesarkan-tanpa-ayah-ini-cara-mengatasinya

















Komentar

  1. Bener banget kak. Aku ngalami kondisi ini dengan orang tuaku. Bapak kerjanya dinas di luar kota berbulan-bulan, sehingga pas remaja aku rentan sama hal² negatif. Syukurnya masih ada paman dari ibu yg mendukung sosok ayah. Peran ayah bener² penting untuk membantu perkembangan pondasi pendidikan mental dan moral anak. ❤️

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer