Kenali Penyebab Anak Sulit Membaca

Desember 04, 2022
0 komentar

anak-sulit-membaca

“Anaknya sudah bisa membaca?” tanya seorang Tante jauh yang turut hadir dalam acara keluarga sore itu.

Sobat HujanPena sebagai orangtua pasti pernah mendapati pertanyaan serupa, banyak sanak saudara yang mempertanyakan keadaan anak, progress belajarnya sebagai bagian dari pertanyaan ‘basa-basi’

Ketika anak yang sudah memasuki usia Sekolah Dasar dan belum juga mampu membaca menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orangtua, bener?

Dalam hal ini, ada sebuah studi kasus yang ingin saya bagikan kepada sobat HujanPena semua di mana seorang anak yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar mengalami kesulitan dalam hal mengingat huruf, kata dan membaca. 

Dari perawakan luar terlihat tidak ada perbedaan mencolok dari dirinya dengan adik-adiknya, akan tetapi masalah itu muncul tatkala orangtua si anak mengatakan bahwa anak tersebut belum bisa membaca, menulis dan berhitung layaknya anak seusianya dan hal ini didukung oleh pernyataan para ahli, bahwa faktanya anak yang mengalami Disleksia sekalipun tetap memiliki kecerdasan intelektual (IQ) diatas 90, hal ini dikatakan normal. 

Ketika dihadapkan dengan kasus seperti itu, pasti kita akan berpikir “Oh, mungkin karena pandemi kemarin, anak-anak lebih banyak belajar secara daring (dalam jaringan) makanya tidak ada intension khusus yang membantu si anak bisa belajar membaca.” Namun, yang dihadapi lebih daripada itu. segala metode telah dilakukan serta diupayakan namun tidak memberikan impact lebih baik.

Mengapa Anak Harus Belajar Membaca?

Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan di sekitarnya. Membaca juga merupakan kemampuan dalam berbahasa yang harus dimiliki setiap orang selain menulis. Singkatnya, membaca, menulis dan berhitung adalah kecerdasan mendasar yang harus dimiliki untuk dapat memahami kehidupan terlepas dari apakah dia pintar atau tidak di sekolahnya.

Anak Sulit Mengeja dan Membaca, Apa Penyebabnya?

Banyak ahli sepakat bahwa kesulitan membaca pada anak masuk dalam kategori Disleksia. Dikutip dari The International Dyslexia Association bahwa Disleksia adalah satu penyakit saraf pada anak. Hal ini ditandai dengan kesulitan mengenali huruf, kata, hingga kemampuan mengeja yang buruk.

Disleksia menjadi salah satu pemicu kesulitan membaca yang banyak dirasakan anak-anak. Jika mungkin dalam kategori wajar anak sulit membedan huruf ‘b’ dan huruf ‘d’ atau huruf ‘m’ dengan huruf ‘n’, penderita Disleksia mengalami hal serupa bahkan lebih.

Disleksia bisa dipicu oleh sebagian aspek, semacam kelahiran prematur, paparan nikotin serta alkohol selama masa kehamilan, sampai riwayat keadaan yang seragam dalam keluarga. Mengutip understood.org, faktor keturunan berperan pada penyebab utama Disleksia. Sekitar 40% saudara kandung anak penderita Disleksia cenderung lambat dalam proses belajar serta sebanyak 49% juga dimiliki oleh orang tuanya.

Tidak hanya itu, kesusahan membaca bisa dipengaruhi oleh keadaan otak yang tidak sanggup memproses bahasa serta pusat penalaran visual, kebiasaan menghadirkan bahan bacaan menarik bagi anak sejak dini juga merupakan pemicu lain anak akhirnya mengalami Disleksia yang semakin parah.

Adakah Jenis Disleksia yang Terjadi pada Anak?

Kondisi Disleksia pada anak bisa berbeda-beda, mengapa demikian? Salah satu alasannya disebabkan oleh cepat atau lambatnya orangtua mendeteksi kemampuan belajar membaca anak karena pada hakikatnya Disleksia ini sendiri tidak dapat disembuhkan total namun masih bisa dikelola. Lalu, apa saja jenis Disleksia yang terjadi pada anak? Mari kita simak bersama, Sob. Bisa jadi salah satu diantaranya sedang dialami oleh anak atau adik kita.

anak-sulit-membaca

  • Fonological dyslexia (pendengaran): Kesulitan mengeja sebuah kata menjadi susunan huruf serta menuliskan kata-kata yang didengar.
  • Surface dyslexia: Tidak mampu mengenali kata sehingga sulit diingat dan dipelajari.
  • Rapid naming deficit: Tidak mampu menyebutkan angka maupun huruf yang dilihat.
  • Double deficit dyslexia: Tidak mampu memisahkan suara untuk menyebutkan huruf dan angka.
  • Visual dyslexia: Kondisi yang ditandai kesulitan untuk memaknai kata yang dilihat.

Kapan Orangtua Harus Mendeteksi Disleksia pada Anak?

Indonesia sendiri ternyata memiliki Asosiasi Disleksia Indonesia yang dapat dikunjungi oleh seluruh orang tua di Indonesia guna men-skrining gejala Disleksia pada anak. Disleksia tidak bisa disembuhkan, namun hanya bisa membaik. penelitian di Negara maju menunjukkan bahwa deteksi disleksia sejak dini serta penanganan yang baik akan memberikan hasil yang baik juga. Sebaliknya, seperti penjelasan diatas, jika tidak cepat dideteksi maka akan berakibat pada gangguan social dan emosional. Gangguan social dan emosional ini dapat menumbuhkan sikapnya yang kurang percaya diri, labil, mudah tersinggung, merasa dirinya bodoh dan menjadi korban bullying teman-temannya.

Diagnosis disleksia dapat ditegakkan pada usia anak 7 tahun, dan proses diagnosisnya memerlukan seorang psikolog atau dokter ahli syaraf. Namun, kita sudah bisa mengidentifikasi sejak anak masih berusia 5-7 tahun atau usia pra sekolah. Identifikasi awal akan memberikan manfaat yang besar antara lain: biaya intervensi yang jauh lebih murah, anak belum terganggu self esteemnya dan lebih fleksibel dalam mernerima metode pembelajaran.

Pengobatan yang Tepat Akan Membantu Pemulihan

Setelah mendeteksi secara mandiri, orangtua disarankan untuk menjalani beberapa pengobatan dengan dokter professional di bidang saraf. Akan tetapi fakta di lapangan terkadang berbanding terbalik dengan keinginan. Minimnya SDM yang mumpuni menjadi faktor utama banyak orangtua di Indonesia bingung harus berkonsultasi dengan siapa.

Berikut ada beberapa cara pengobatan yang bisa dijadikan alternatif guna memperkecil dampak buruk dari Disleksia yang dialami anak jika tidak ditangani dengan baik.

1. Stimulasi Edukasi

2. Menggunakan Bantuan Teknologi

3. Mendukung Anak untuk Terus Membaca

4. Menunjukan Perhatian dan Kasih Sayang

Kesimpulan

Jika tidak dideteksi dan ditangani dengan baik, Disleksia akan banyak mengganggu kehidupan anak di usia dewasa. Karena tidak jarang, para penderita Disleksia akan kesulitan dalam hal besosialisasi dan mengontrol emosi. Sudah seyogyanya kita sebagai orang terdekat bagi anak-anak kita memberi perhatian terhadap tumbuh kembang mereka karena setiap anak berbeda apalagi jika memang memiliki Riwayat penyakit bawaan yang diturunkan langsung dari orangtua. Berbagai upaya haruslah diberikan, bukan hanya memberikan asupan bergizi, orangtua juga perlu memerhatikan aspek lain dalam tumbuh kembang anak prasekolah dan saat masuk sekolah.

sumber :

hallosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak-disleksia/
kompasiana.com/faktor-penyebab-kesulitan-membaca-pada-anak/
asosiasidisleksia.com 






Komentar

Postingan Populer