Ketika Anak Bermain, Perlukah Etika?

Desember 18, 2022
15 komentar
Ketika anak bermain dengan teman sebayanya, perlukah etika? Perlukah anak diajarkan bagaimana bermain yang baik dan benar? 
Etika-Anak-Bermain

Seringkali kita sebagai orangtua atau orang dewasa melihat anak-anak bermain di sekitar lingkungan dan merasa lucu akan tiap tingkah yang mereka lakukan. Namun, apakah semua kelucuan mereka perlu diawasi? Dan perlukah mereka diajarkan etika? 

Beberapa hari lalu, ada tiga orang anak kecil dengan rentang usia 6 sampai 4 tahun bermain di pekarangan rumahku. Kelihatannya sih wajar-wajar saja, awalnya mereka bermain layaknya anak kecil oada umumnya, mengeksplore setiap benda yang ada di sekitar untuk kemudian mereka jadikan sumber kebahagiaan.

Akan tetapi lama kelamaan, cara dan tingkah laku mereka bermain "mengganggu" pemilik rumah yaitu saya dan merusak beberapa tanaman milik warga lainnya. 

Ketika berhadapan dengan situasi seperti ini, jelaslah sebagai orang dewasa saya harus bersikap bijak dalam menasehati, khawatir jika orangtua si anak merasa tersinggung juga agar apa yang kita sampaikan dipahami dengan mudah oleh anak-anak. 

Lantas, jika keadaannya seperti ini, apakah ini bagian dari kesalahan orangtua dalam mendidik anak? Atau hal ini masih dalam kategori wajar? Tetapi, jika sudah merusak dan mengganggu, tentulah orangtua perlu mengawasi dan mengajarkan etika kepada anak-anak dalam bermain. 

Orangtua Wajib Mengawasi Anak Bermain

Sering ya kita mewajarkan setiap tingkah laku anak. Seolah semua yang mereka lakukan dapat  dimaklumi dengan dalih "namanya juga anak-anak." 

Namun, sadarkah jika apa yang kita jadikan kebiasaan menjadi boomerang untuk kita sendiri? 

Anak-anak adalah makhluk yang terus belajar, mereka meniru lalu melakukan sesuai dengan yang mereka lihat, dan mereka dengar. Jika kita sebagai  orangtua selalu menganggap tingkah laku tak pantas anak-anak sebagai hal wajar, maka jangan heran jika mereka akan terus melakukan hal itu lagi dan lagi. 

Anak Perlu Disiplin

Anak adalah pribadi pembelajar, selain pribadi pembelajar mereka juga cepat dalam menirukan apa yang diajarkan. Misalnya contoh, anak usia 3 bulan yang terbiasa dengan jam tidur malam ialah pukul 10, maka seterusnya si anak akan tidur tepat jam 10. Beda halnya dengan anak dengan usia yang sama yaitu 3 bulan namun waktu tidurnya tak beraturan, kadang begadang, kadang cepat beranjak tidur, maka kedepannya dia akan sulit untuk didisiplinkan waktu tidurnya. 

Hal sederhana seperti inilah yang akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan baik ataupun buruk bergantung dari bagaimana orangtua mengajarkannya. 

Jika anak terbiasa melakukan hal sesuka hatinya di rumah, dan itu juga dilakukannya di tempat lain tanpa ada aturan atau teguran dari orangtuanya bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, maka di manapun anak bermain atau berkunjung ke rumah orang lain, dia akan berlaku semena-mena. 

Lagi-lagi, anak perlu didisiplinkan, dan mendisiplinkan  anak tidak sulit kok meski membutuhkan waktu yang lebih untuk itu. 

Beri Anak Contoh dan Pemahaman 

Komunikasi dengan anak bukanlah hal yang sulit. Apalagi saat ini banyak sekali kelas parenting yang dapat kita ikuti lalu kita praktekkan  ilmunya. Salah satunya adalah seni berkomunikasi dengan anak. 

Selain berkomunikasi, orangtua juga perlu memberikan contoh bagaimana harusnya bersikap ketika bermain dengan orang lain atau ketika berkunjung ke rumah orang lain. Dengan sebelumnya, orangtua sudah terlebih dahulu memberikan pemahaman bagaimana etika ketika bermain atau berkunjung. Lalu, dibarengi dengan contoh yang baik pula. 

Sejatinya, anak dibentuk oleh keluarga dan lingkungannya, bener ya, sob. Maka dari itu, penting kiranya memberi contoh yang baik, mengawasi serta selalu memberi pemahaman kepada anak bagaimana seharusnya etika ketika bermain, jangan sampai anak-anak menjadi semena-mena karena kita sendiri orangtua. Jangan karena kita merasa apa yang mereka lakukan adalah hal lucu dan menggemaskan lantas membiarkan saja mereka merugikan dan menganggu orang lain. 

Kitalah orangtua yang seharusnya dapat mengontrol anak. Bukan sebaliknya. Sobat HujanPena punya tips apa nih agar anak dapat memahami etika dalam bermain, dan perlukah etika ketika anak bermain? Komen di bawah ya, sob. 


Komentar

  1. Memberikan contoh dan pemahaman kepada anak memang sangat penting karena cara berpikir anak-anak belum matang seperti orang yang sudah dewasa

    BalasHapus
  2. Setuju banget dengan poin bahwa sebagai orang tua, kita harus dapat memberi contoh attitude yang baik pada anak-anak. Masa 3-5 tahun adalah masa meniru, maka memang sangat penting lingkungan yang menjadi support sistem agar anak bisa belajar pada perilaku dan etika yang baik

    BalasHapus
  3. Setuju, anak memang harus dilatih disiplin. Karena kalau dibiarkan ngelakuin semuanya, malah takutnya jadi keterusan. Lebih baik tegas ketika mereka masih kecil dan memberikan contoh gimana harus bersikap, daripada mengajari ketika susah besar yang mana mereka pasti udah punya kebebasan sendiri

    BalasHapus
  4. Kalimat 'namanya juga anak-anak' tu semacam pembenaran sih bagi org dewasa yg denial soal ini. Kalo aku sebagai ortu setuju bgt harus tegas dan memberi contoh yg baik sesuai usia anak..

    BalasHapus
  5. Dari zaman lahir sampe sekarang, sering banget dengar kalimat, 'namanya juga anak-anak', udah gitu yang ngomong orangtua pula. Jadi dari dulu kayak owalah ternyata anak-anak seperti itu, ya? Apalagi ini jadi hal lazim di masyarakat. Justru karena masih anak-anak memang waktu paling tepat untuk diajarkan hal baik dalam berperilaku dan bersikap baik kepada manusia maupun benda di sekitar. Soalnya anak gampang belajar, kan, yak.

    Btw aku bayangin kak siti ngomelin anak-anak yang ngerusuh di depan rumah kak siti wkwkkwkw

    BalasHapus
  6. Anak-anak jaman now tuh ga semudah anak-anak jaman dulu. Membiasakan mereka untuk selalu disiplin sungguhlah tak mudah. Tapi sebagai orang tua tak boleh bosan untuk selalu memberi contoh yang baik demi sang buah hati tersayang.

    BalasHapus
  7. Bener sih meskipun dibilang "hanya bermain" cuman ya perlu banget etikaa yaa jadi anak tuh terbiasa main pun juga perlu adab dan sopan santun, ngga main sembarangan

    BalasHapus
  8. Anak-anak itu pintar banget meniru kebiasaan kita sebagai orang dewasa. Nggak mungkin sih kita mengajarkan anak untuk tidak main HP sampai larut malam sedangkan kita melakukannya.

    Lalu, kalau anak salah, perlu kita kasih tau ke anak kalau itu salah; tentunya dengan tingkat pemahaman sesuai dengan usianya. (Zen)

    BalasHapus
  9. menurut saya justru karena anak-anak masih kecil mereka sudah diajarkan tentang adab, oleh karena itu dikuatkan dulu di dalam rumah sebelum keluar rumah, joka belum bisa maka sebaiknya didampingi orang tua

    BalasHapus
  10. Sepakat banget. Apalagi kalau di wahana umum kayak tempat mandi bola gitu. Kadang, bisa ketemu orang tua yang nggak terima kalau anaknya ditegur supaya antre mainnya.

    BalasHapus
  11. Paling sebel sama orang tua yang nyaut: "maaf ya, namanya juga anak-anak." 🥴🥴

    Mereka gak sadar kalau apa yang mereka jadikan kebiasaan menjadi boomerang untuk mereka sendiri.

    BalasHapus
  12. Kalau urusan anak bermain di luar/di rumah tetangga ada beberapa hal yang saya tekankan, pertama tidak boleh main di dalam kamar, harus izin mau ngapa-ngapain termasuk mau pinjam mainan, minta minum, dan kalau mau pulang.

    BalasHapus
  13. Yang orangtua yang harusnya paham, jika anaknya di arahkan atau dinasehati orang lain mereka harus intropeksi diri. Jangan tutup mata terlebih jika anak salah. Karena apa yang orangtua ajarkan sejak dini akan dibawa sampai mereka tua.

    BalasHapus
  14. Yes, malah sedari dini emang perlu dilatih adab ya mba. Pernah sih punya pengalaman, keyboard laptopku digebrak-gebrak anak tetangga yang nyelonong masuk kamar. Padahal anakku sudah bilang, " gak boleh masuk kamar ya, enggak sopan !"

    BalasHapus
  15. Penting banget anak2 diajarkan etika dan disiplin sejak dini, dan jangan pakai alasan "namanya juga anak-anak" untuk membenarkan kelakuan buruk anak.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer