Ketahui Dampak Hukuman Fisik pada Anak

November 20, 2022
0 komentar

Sebagai generasi era 90-an, rasanya hukuman fisik adalah hal lumrah yang didapatkan anak ketika mereka melakukan suatu kesalahan. Dan kalau boleh jujur, siapa sih di antara kita yang tidak mendapatkan hukuman fisik entah itu berupa cubitan atau pukulan dari orangtua kita? Hampir semua mendapatkannya bukan? 

Hukuman fisik adalah salah satu pola asuh yang perlahan mulai dihilangkan di zaman sekarang, banyak orangtua yang sudah mulai aware dan memilih cara lain untuk dapat mendisiplinkan anak. 

Dahulu, orangtua akan melegalkan hukuman fisik guna mengajarkan anak tentang kedisiplinan. Jika anak pulang terlalu sore hingga menjelang maghrib, atau anak yang tidak mengerjakan PR akan mendapati hukuman fisik minimal cubitan dari orangtua. 

hukuman-fisik
sumber: klikdokter.com/hukuman-fisik

Sebenarnya, seberapa berpengaruhnya hukuman fisik terhadap kedisiplinan anak? Atau hukuman fisik ini diberikan semata-semata karena orangtua tidak mampu untuk mengontrol emosinya? 

Di masa itu, informasi yang belum begitu banyak, ditambah lagi sulitnya ekonomi apalagi dengan kondisi anak banyak, membuat orangtua zaman dulu merasa kewalahan dan menganggap hukuman fisik yang diberikan mampu mengajarkan anak untuk patuh dan penurut. 

Faktanya apakah memang demikian? Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pola asuh yang terjadi pada masa lampau, toh, ketika kita mengatakan bahwa hukuman fisik yang diberikan bukan jalan terbaik, maka akan ada sanggahan bahwa buktinya generasi era orde baru, tahun 80 hingan 90-an jauh lebih baik, lebih tangguh, lebih kuat mentalnya dan sukses-sukses. 

Adakah Penelitian yang Membahas Hukuman Fisik?

Seiring berkembangnya zaman, pola pengasuhan semakin berkembang, Canadian Medical Association Journal telah menganalisa dalam dua dekade dan menyimpulkan bahwa, memukul, mencubit, atau menjewer anak tak memiliki efek positif, justru menimbulkan berbagai efek negatif jangka panjang. 

Tidak selesai sampai disitu, sebuah penelitian dan Tulane University juga membuktikan bahwa anak yang sering dipukul sebanyak dua kali dalam sebulan pada usia 3 tahun akan berisiko menjadi agresif dua kali lipat.

Dari paparan hasil penelitian di atas, dapat kita simpulkan bahwa ternyata banyak sisi negatifnya hukuman fisik ini dibanding dengan sisi positif yang katanya dapat lebih mudah membuat anak displin. 

Lantas Orangtua Harus Berbuat Apa?

Sejauh saya menelaah dunia anak dan pengasuhannya, saya menilai bahwa anak adalah individu yang dapat diajak kerjasama. Sulit atau mudahnya menanggapi anak yang sedang tidak mood atau tantrum hanyalah masalah waktu. 

Ayah Bunda sobat Hujanpena yang kini tengah menjadi orangtua dapat memberi jeda sebentar untuk mengontrol emosi ketika menghadapi anak tantrum, peran suami-istri sebagai orangtua lengkap adalah kuncinya. Jika sang Bunda merasa lelah menghadapi anak yang dinilai aktif dan sulit untuk dikondisikan, Ayah dapat mengambil peran untuk memberikan pemahaman kepada anak tanpa memberi hukuman fisik. 

Kedengarannya mudah sekali ya? Padahl di lapangan, teori tidak semudah praktik. Namun, ketika sobat Hujanpena membaca dan menyimak artikel ini sampai habis, mudah-mudahan tidak ada lagi keinginan sobat Hujanpena memberikan hukuman fisik untuk anak.

Dampak Negatif Hukuman Fisik 

Potensi Cedera Fisik

Hukuman fisik seringkali meninggalkan bekas pada fisik anak. Jika kita melakukan cubitan atau pukulan, pasti sedikit banyak jejak atau bekas cubitan berupa memar di kulit atau area tertentu terlihat jelas. 

Dalam keadaan emosi, kita sebagai orangtua sering lupa dan kalap menghukum anak, hingga tak sadar tubuh anak menjadi korbannya. Bukan tidak sedikit pula pemberitaan yang menyiarkan kabar anak yang mengalami hukuman fisik dari orangtua atau keluarga terdekat terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit. Naudzubillah

Anak sejatinya adalah titipan dari Sang Maha Pencipta, sebelum memilikinya, beribu doa kita panjatkan agar diberi keturunan, ketika mereka telah hadir di tengah kita, masa iya kita tega untuk memukul, mencubit, menjewer bahkan melakukan hukuman fisik yang lebih ekstrim. 

Anak Akan Melakukan Hal Sama

Ketika kita sering menampakkan emosi berujung hukuman fisik, maka tidak menutup kemungkinan anak akan melakukan hal yang sama ketika ia marah, karena mereka menganggap itu hal lumrah. 

Anak sulung yang sering mendapatkan perlakuan hukuman fisik dari orangtua ketika si sulung melakukan kesalahan, maka tidak mungkin si sulung akan melakukannya kembali kepada adik-adiknya. 

Dan jika ini diteruskan, bukannya fisik yang akan cedera, melainkan memori serta inner child juga akan mengalami luka, dan luka bathin ini yang sulit untuk ditemukan juga disembuhkan. 

Anak Tidak Dapat Mengontrol Diri Sendiri

Ketika anak salah dan orangtua masih ada, anak akan merasa takut untuk melakukan kesalahannya, karena takut akan diberi hukuman serupa atas kesalahan yang sama. Namun, bagaimana jika kesalahan itu terulang kembali di masa remaja atau dewasa saat orangtua sudah tidak berdaya bahkan tidak ada? Kelak kesalahan itu akan diulang kembali, dan ketakutan akan hukuman pun sirna. 

Akhirnya, anak tidak mengetahui apa alasan mengapa ia tidak boleh melakukan kesalahan itu, tidak diberi edukasi. Anak tidak mampu mengontrol diri sendiri. 

Turunnya Tingkat Percaya Diri

Sudahlah mengalami bekas atau cedera fisik akibat hukuman yang didapatkan, anak yang sering mendapat hukuman fisik juga kerap merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menjalankan sesuatu. Mengapa? Ketakutan itu timbul karena khawatir apakah yang dilakukan sudah benar? atau justru dianggap salah dan berujung mendapati hukuman lagi. 

Anak akan sulit mengekspresikan dirinya, sulit mengeksplore hal baru karena khawatir kalau ternyata itu salah. 

hukuman-fisik

Dengan banyaknya dampak negatif hukuman fisik, jelas hukuman fisik tidak lagi dapat dipertahankan. Sudah saatnya pola pengasuhan kita sebagai orangtua modern terus berkembang demi masa depan si buah hati. 

Jadi? bagaimana sobat? masih ingin menerapkan atau memberikan hukuman fisik untuk anak? Saran saya sih tidak usah. Mari kita sama-sama belajar bagaimana agar kelak dapat mendidik anak menjadi pribadi mandiri dan disiplin tanpa memasukkan hukuman fisik ke dalamnya. 


Referensi 

ibudanbalita.com/hukuman-fisik-pada-anak-perlukah

health.kompas.com/dampak-negatif-memberi-hukuman-fisik-pada-anak

Komentar

Postingan Populer