Hindari Pelecehan Seksual dengan Memperkenalkan Pendidikan Seksual Sejak Dini

Januari 29, 2023
2 komentar

pendidikan-seks-sejak-dini
Ibu memberikan pendidikan seksual sejak dini 

Memperkenalkan pendidikan seksual pada anak sejak dini masih dianggap tabu bagi kebanyakan orangtua di Indonesia. Kebanyakan dari mereka menganggap bila anak yang diajarkan pendidikan seksual sejak dini malah akan terjerumus pergaulan bebas.

Justru faktanya tidak mengatakan demikian, anak yang dibekali pendidikan seksual sejak dini memiliki pengetahuan serta keterampilan yang matang ketika menyikapi situasi tidak menyenangkan terhadap dirinya yang datang dari lingkungan sekitar bahkan kerabat terdekat.

Beberapa kasus pelecehan seksual yang terjadi sering menjadikan anak di bawah umur sebagai korban adalah realita tak terbantahkan. Mirisnya, baik orang terdekat maupun korban tidak berani mengungkap identitas pelaku dan lebih memilih tutup mulut. Jika terus seperti ini, kapan rantai pelecehan seksual pada anak akan berakhir?

Sudah saatnya orangtua lebih terbuka dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Baik pendidikan formal maupun tidak formal haruslah tetap ditanggapi dengan pemikiran terbuka bahwa suatu saat nanti pendidikan apapun yang disampaikan akan berguna.

Banyaknya kasus pelecehan seksual pada anak sudah seharusnya membuka mata serta pikiran orangtua untuk memberikan pendidikan seksual sejak dini kepada anak sebagai upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak.

Pentingkah Memperkenalkan Anak dengan Pendidikan Seksual?

Sebagai orangtua, kita tidak selamanya dapat membersamai kegiatan anak-anak selama 24 jam penuh bukan? Oleh karena itu, anak-anak baik perempuan maupun lelaki harus dibekali pendidikan seksual dengan baik dan terbuka. Orangtua tak perlu lagi ragu untuk membahas hal ini kepada anak secara berulang dan terus – menerus.

Untuk lebih memantapkan hati para orangtua yang saat ini sudah berencana ingin mengajarkan pendidikan seksual pada anak, berikut poin-poin pendukung tentang pentingnya memperkenalkan anak dengan pendidikan seksual, apa saja?


1. Mencegah terpapar aktivitas seksual tidak benar

Bukan rahasia umum jika saat ini anak berusia 1 tahun ataupun 3 tahun dengang mudah menggunakan gadget, membuka akses ke berbagai website dan platform lainnya secara bebas tanpa filter atau pantauan orangtua.

Kegiatan tersebut memperluas peluang anak akan mudah terpapar berbagai konten berupa video, foto maupun game vulgar sarat akan seksualitas. Seringnya anak melihat tayangan tidak pantas meningkatkan rasa ingin tahunya akan sesuatu hingga akhirnya anak akan mencari informasi sendiri tanpa didampingi orangtua. Akibatnya? Akibatnya anak tidak dapat menyaring apakah informasi yang dia dapatkan benar atau tidak.

2. Mengakomodir Rasa Ingin Tahu Anak

Mendekati usia remaja atau pubertas, rasa keingintahuan anak meningkat. Anak akan bertanya apa saja yang menurutnya aneh, dan peran orangtua dalam mengakomodir segala pertanyaan seputar organ intim dan lainnya harus dijawab dengan jujur dan terbuka. Bisa dibayangkan bagaimana seorang anak mengakomodir rasa ingin tahunya seorang diri tanpa peran orangtua? Yang dikhawatirkan adalah anak terjerumus ke dalam aktivitas seksual dengan teman lawan jenisnya. Naudzubillah ….

3. Menyadarkan Anak untuk Menjaga Organ Intim dan Mencegah Kehamilan di Luar Nikah

pendidikan-seksual-sejak-dini

Masih hangat di ingatan kita semua, sejumlah siswa dan siswi SMA & SMP meminta penangguhan pernikahan dikarenakan kehamilan di luar nikah. Miris? Terkejut? Pasti.

Di usia mereka yang masih terbilang muda dan sangat rentan terhadap kehamilan karena organ produksi yang belum mumpuni, ratusan siswi SMA dan SMP di Ponogoro terpaksa harus mengandung dan melahirkan tanpa ikatan pernikahan.

Usia Ideal Memperkenalkan Pendidikan Seksual pada Anak

Memberi pendidikan seksual sejak dini pada anak adalah bagian dari mendidik anak untuk mengenal proses kehidupan juga kepribadiannya. Memberikan edukasi mengenai batasan – batasan antara perempuan dan laki-laki merupakan suatu keharusan agar anak memahami nilai, sikap dan moral dalam kehidupan sosial di masa akan datang. Lalu, adakah usia ideal anak dikenalkan pendidikan seksual? Dan dimulai dari usia berapa?

1. Usia Awal Pertumbuhan ( 0 – 3 tahun)

Pada usia ini, orangtua harus lebih protektif melindungi anak dari kejahatan seksual orang terdekat. Mengapa demikian? Pada usia 0 – 36 bulan anak belum dapat diberi pemahaman tentang alat vitalnya. Oleh sebab itu, orangtua harus menjaga anaknya agar tidak mendapati perlakuan tidak senonoh seperti, tidak memajang foto anak ke sosial media tanpa busana, tidak membiarkan anak beraktivitas dalam keadaan tanpa busana. Meski di usia tersebut orangtua akan terus mengawasi gerak-gerik anak, akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak mengalami pelecehan seksual dari orang-orang terdekat.

2. Usia Balita ( 3 – 5 tahun)

Di usia 5 tahun, anak akan lebih aktif dan sering bertemu dengan orang lain selain orangtua kandungnya. Di usia inilah anak perlu diberi pemahaman untuk menjaga tubuhnya agar tidak disentuh oleh orang lain selain orangtua. Saat ini sangat populer orangtua maupun guru PAUD mengajarkan lewat sebuah lagu berjudul “Ku Jaga Diriku : Sentuhan Boleh dan Sentuhan Tidak Boleh”

Pendidikan-seksual-sejak-dini
Sentuhan tidak boleh : Sumber instagram @kemenpppa

Lewat lagu “Ku Jaga Diriku” anak akan belajar dan memahami bahwa tubuhnya berharga.

3. Usia Pra – Remaja (6 – 12 tahun)

Di usia ini, Sebagian anak telah mengalami perubahan pada tubuhnya. Perubahan inilah yang sering disebut masa pubertas. Tiap anak memiliki masa pubertas yang berbeda-beda disesuaikan dengan hormone, pola makan juga faktor genetik. Pada usia ini, tanggapan anak tentulah beragam, ada yang terkejut tetapi tak sedikit yang paham. Semua tanggapan bergantung pada kesiapan dan cara mendidik orangtua, apakah sang anak telah dibekali pendidikan seksual sejak dini atau belum.

Ketika anak perempuan telah mengalami menstruasi pertamanya di kisaran usia 12 hingga 15 tahun, bukan bentuk tubuhnya saja yang mengalami perubahan melainkan dari sisi emosi dan jiwanya juga mengalami perubahan. Banyaknya perubahan pada anak di usia pra-remaja mewajibkan orangtua untuk lebih ekstra mengawasinya.

Saya jadi teringat kenangan masa pra-remaja hingga remaja saat masih sekolah dulu. Entah mengapa ketika sudah mengalami menstruasi, di dalam diri seperti ada gejolak berbeda saat bertemu dengan teman lawan jenis. Saya rasa Sobat Pena juga pernah merasakannya. Gejolak dalam diri inilah yang perlu diwaspadi juga diatasi dengan keterbukaan orangtua dan anak. Keterbukaan tersebut tidaklah didapat secara instan jika sejak kecil anak tidak mendapatkan perhatian dan pengawasan khusus seputar pendidikan seksual sejak dini.



Komentar

  1. Disini peran orangtua amat penting ya. Berarti orangtua tidk sembarangan memandikan anak di depan. Biasanya kerap terjadi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer