Kemurnian yang Memudar

Mei 27, 2022
0 komentar

 


"Eh.. eh.. ini anak lama-lama gak tau sopan santun, ya!" ketus Mbok Sarmi dengan mata bergerak ke kanan dan ke kiri mengamati pergerakan yang ada di depannya

"Apaan sih Mbok!, Esti buru-buru banget nih!" seru Esti dengan langkah kakinya seperti setrikaan di rumah Mbok Sarmi, mondar-mandir

"Kamu gak lihat banyak tamu si Mbok? Harusnya kamu pamit-pamit, Nduk. Ini kok melenggang aja ngelewatin orang tua." imbuh Bu Tyas

Pagi itu Mbok Sarmi memang kedatangan banyak tamu, semuanya adalah teman seperjuangan Mbok Sarmi saat masih tinggal di Jawa Tengah. Mbok Sarmi adalah istri seorang pensiunan Veteran tahun 80an, di dalam rumah berukuran 6 meter kali 6 meter Mbok Sarmi tinggal bersama Tyas dan Esti. Tyas adalah anak satu-satunya Mbok Sarmi, Oleh karena itu, sepeninggal suaminya Mbok Sarmi memilih pindah ke kota Jakarta di mana Tyas dan Esti tinggal. Tyas sendiri adalah seorang janda, suaminya telah meninggal karena kecelakaan dua tahun lalu. Tyas berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris di salah satu Sekolah Menengah Pertama di kawasan Jakarta Timur. Dengan status guru honorer, Tyas berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bertiga di kota Jakarta dengan kenyataan status guru honorer dengan upah lima ratus ribu per bulan belum lagi upah mengajar yang diberikan tidak tepat waktu, sering telat bahkan harus menunggu dua bulan karena terkendala dana dari pemerintah yang tak kunjung tiba.

Esti Silawarti Susila adalah anak satu-satunya yang Tyas miliki, butuh waktu tiga tahun untuk Tyas dan almarhum suaminya hingga akhirnya lahir seorang anak perempuan yang diberi nama Esti Silawarti Susila yang artinya adalah perempuan yang bercita-cita tinggi serta berkelakuan baik dan terpuji. Nama itu disematkan oleh Tyas dan suaminya dengan penuh harap agar kelak anaknya akan menjadi perempuan tangguh dengan cita-cita yang tinggi dengan tetap menjaga kelakuakan serta budi pekertinya.

Era globalisasi dengan banyak dan mudahnya segala informasi juga budaya luar masuk ke Indonesia membuat para remaja lupa akan jati diri bangsanya, alih-alih pengen terlihat gaul, mereka lupa akan budaya bangsa yang kaya akan norma-norma.

****

“Esti, besok temenin Ibu ke rumah Bu Tejo menghadiri pesta adat ananknya!” pinta Tyas

“Males ah, Bu. Pasti lama banget selesainya, yang ada aku gak bisa nonton K-Drama kesukaan aku yang hari ini update.”

“Dulu, saat Ibu seusia kamu, Ibu seneng sekali kalau sudah diajak si Mbok lihat-lihat aneka acara adat, hiburan rakyat yang hanya ada satu tahun sekali.”

“Ih Ibu kuno banget, sih. Hahahah....” tawa Esti memecah keheningan malam, seolah ia lebih bangga menonton K-Drama favoritnya juga menonton konser boy band favoritnya dari postingan-postingan para penggemar negara ginseng itu.

”Indonesia memiliki banyak sekali adat serta budaya dari tiap daerahnya, Negara yang memiliki 34 provinsi ini sungguh kaya, bahkan dulu sampai sekarang banyak negara asing ingin mendapat Indonesia. Kamu harusnya bangga sebagai anak Indonesia.” Jawab Tyas panjang lebar menjelaskan. Esti memutarkan bola matanya dengan bibir sedikit maju menandakan ketidaksetujuannya dengan pernjelasan sang Ibu.

****

“Bu...” Panggil Esti yang masuk ke dalam kamar, langsung meringkuk di bawah kaki sang Ibu yang sedari tadi duduk di depan meja rias miliknya

“Eh.. kenapa, Nduk?” respon Tyas kaget melihat tingkah tak biasa sang buah hati

“Si Mbok kemana, Bu? Si Mbok marah ya sama Esti karena kejadian dua hari lalu?” tanyanya dengan raut wajah sendu menyandarkan dagunya pada lutut sang ibu

“Enggak, si Mbok enggak marah sama kamu, si Mbok emang ada beberapa kegiatan dengan teman-temannya yang tempo hari berkunjung ke sini.”

“Esti sadar bu, Esti salah. Sikap Esti dua hari lalu memang bener-bener kelewatan. Esti menyesal dan mau minta maaf ke Mbok.”

Dua hari lalu, setelah Esti menolak mentah-mentah ajakan ibunya untuk menemani menghadiri pesta adat anaknya bu Tejo, Esti justru pergi dengan teman-temannya menuju bandara Internasional Soekarno Hatta menunggu boy band kesayangan datang ke Indonesia, setelah menunggu berjam-jam hingga larut malam namun Esti dan teman-temaan tak juga bertemu sang idola, akhirnya Esti memutuskan untuk pulang dini hari diantar oleh teman lelakinya, dengan alasan keamanan, akhirnya Esti bersedia pulang dengan diantar oleh Angga teman sekelasnya yang juga penggemar NCT Dream. Sontak kepulangan Esti menjadi sorotan Mbok Sarmi, Tyas dan beberapa warga yang kebetulan masih terjaga karena pesta adat Bu tejo baru saja usai.

“Gini nih anak jaman sekarang, diajak untuk mengenal budayanya sendiri gak mau, malah bangga dengan budaya luar dan sekarang apa? Kebablasan!!” ucap Mbok Sarmi dengan penuh kekesalan melihat cucu satu-satunya pulang dini hari dengan seorang lelaki

“Cepat masuk kamu! Gak tahu malu! Gak tau aturan! Gak ngerti pamali anak gadis pulang malam-malam dengan lelaki.” Imbuh si Mbok masih dengan nada amarah

Esti yang mengerti kesalahannya berlalu pergi meninggalkan temannyya dan si Mbok yang berdiri di depan pintu dengan kedua tangan di pinggang.

Mengingat kejadian itu, Esti menitikan air mata, menyadari anaknya menangis, Tyas mengangkat wajah Esti, mengusap air mata anaknya dengan buku-buku tangannya.

“Sayang, kamu tahu apa arti dari nama yang Ibu dan Bapa kasih untukmu?” tanya Tyas

Esti menggeleng, matanya sayu menatap sang Ibu yang tersenyum padanya.

“Esti Silawarti Susila yang artinya adalah perempuan yang bercita-cita tinggi serta berkelakuan baik dan terpuji, ibu dan Bapa ingin kamu menjadi perempuan yang bercita-cita serta tak lupa untuk berlaku baik lagi terpuji, semua laku baik dan terpuji itu ada di tiap ajaran norma yang berlaku di kehidupan kita sehari-hari, Nduk, itulah mengapa kita harus bangga dengan budaya, adat dan norma bangsa kita, dan seharusnya, kalianlah sang generasi penerus kami yang melestarikannya, ada banyak sekali hal-hal baik yang bisa kamu pelajari, seperti nama cantikmu.” Tutur Tyas dengan menghamburkan pelukan untuk sang anak, pelukan yang hangat sekali.

*****

TAMAT

Komentar

Postingan Populer