Slow Living Lifestyle, Hidup Melambat? Why Not

April 30, 2024
10 komentar
Kehidupan sehari-hari memaksa kita untuk selalu bergerak cepat, berisik dan terusik dengan hal-hal tak asik membuat tekad menulisku kembali untuk membahas slow living (gaya hidup lambat)

slow-living-lifestyle
sumber foto: freepik.com

Jika selama ini aktivitas terasa begitu membosankan, padatnya aktivitas nyatanya tidak dapat membuat hidup kita lebih bermakna, maka kini cobalah gaya hidup lambat yang akan aku bahas

Tertarik untuk menarik diri, berpikir ulang tentang semua hal. Mengulik kembali apa yang sebenarnya ingin kita raih? Hidup di era industri 4.0 memaksa kita untuk terus berlomba menjadi lebih baik dari orang lain, berkompetisi setiap hari faktanya tidak seindah wacana. Semua serba diburu untuk menjadi nomor satu seolah tak pernah puas dengan apa yang telah dimiliki sejak dulu.

Berangkat dari keresahan itulah perlahan aku mulai membaca kembali apa itu slow living? Haruskah kini aku memulainya? Dimulai dari mana? Dan apa yang dapat aku lakukan?

Apa Itu Slow Living?

Slow living adalah gaya hidup yang lebih mengedepankan kualitas dibanding kuantitas. Memulai aktivitas dengan benar-benar memaknai serta memprioritaskan apa yang penting tanpa banyak hal tanpa memikirkan apa yang tidak perlu merupakan esensi slow living.

Dengan memperlambat laju kecepatan aktivitas hidup membuat kita dapat melihat dan menikmati betapa indahnya hidup ini. 

Meski banyak yang berpikir bahwa gaya hidup slow living hanya dapat dilakukan di pedesaan bukan ibu kota, maka inilah kesalahpahaman yang perlu diluruskan

Haruskah Kita Menerapkan Slow Living? Mengapa?

Pernahkah kalian merasa hampa meski seharian telah melakukan aktivitas beragam? Atau bahkan sudah tidak lagi merasakan "nyawa" sebuah aktivitas? ya sebatas melakukannya setiap hari saja, bangun, siapin sarapan, pergi kerja dari pagi lalu kembali sore hari, istirahat dan diulang lagi keesokan harinya dan seterusnya begitu?

Jika kalian merasakan hal demikian maka sudah saatnya untuk mengatur dan memilih prioritas yang akan dilakukan, dengan cara seperti ini kalian akan dapat memaknai setiap hal yang terjadi dalam hidup

Memulai Hal Sederhana dalam Slow Living

Bangun lebih awal dan mengurangi barang tidak perlu ialah langkah pertama yang dapat dilakukan untuk memulai slow living.

Bangun lebih pagi, atur jadwal aktivitas penting untuk dikerjakan segera, ambil waktu untuk melakukan hal yang disuka seperti membaca buku atau membuat jurnal pagi.

Kurangi intensitas menggunakan perangkat elektronik, gunakan peralatan elektronik sekadar untuk membantu pekerjaan saja, jangan lagi terbuai dengan aktivitas scrolling yang berujung banyaknya waktu terbuang sia-sia.

slow-living-lifestyle
sumber foto: freepik.com

Mendekatkan diri dengan orang-orang tersayang dapat mencari cara sederhana memulai slow living. Pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar "sedang apa" atau "sudah makan atau belum" coba untuk improvisasi dengan pertanyaan lebih dalam dengan orang tersayang. Habiskan waktu bersama dengan orang terkasih, rasakan begitu banyak hal yang tidak kita ketahui selama ini. 

Slow Living Bukan Alasan untuk Tidak Produktif

Memilih untuk slow living bukan berarti kita tidak produktif. Melakukan semuanya serba lambat bukan berarti kita tidak dapat menggapai target, justru dengan mengatur dan mengetahui mana hal prioritas, kita jadi jauh lebih mudah untuk meraihnya.

Dua tahun lalu aku adalah orang yang selalu ingin secepat mungkin mendapatkan dan menyelesaikan sesuatu hingga aku lupa bahwa diri sendiri butuh jeda hingga akhirnya bukan kepuasan atas setiap pencapaian yang aku rasakan melainkan rasa bosan dan lelah yang tak berkesudahan.

Rasanya capek banget setiap hari mesti kejar-kejaran dengan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, sampai-sampai tidak lagi sempat mengerjakan hal-hal prioritas di rumah. Sebagai istri yang juga bekerja tentunya ada banyak hal yang mesti diselesaikan baik urusan domestik maupun urusan kerjaan. 

sumber foto: freepik.com

Hari demi hari dilewati dengan begitu saja hingga lupa dengan apa sebenarnya tujuan awal aku memutuskan untuk melakukan aktivitas tersebut, bukannya happy malah pusing sendiri.

Perlahan aku mulai tertarik dengan slow living dan cara penerapannya. Satu per satu aktivitas yang dirasa tidak begitu menjadi prioritas mulai dihilangkan, aku juga mulai sering membersihkan atau membuang arang-barang tak terpakai dimana semua barang tersebut masih tersimpan di rumah entah untuk apa. 

Dengan cara seperti itu perlahan aku mulai paham apa aktivitas yang sesungguhnya harus aku lakukan dan aku butuhkan. 

Jadi, kapan mulai gaya hidup slow living? atau kalian sudah memulai gaya hidup slow living? komen yaa...



Komentar

  1. Jadi ya beda banget ya kalau menganggap slow living = nggak produktif. Aku sering lihat temen-temen yang tinggal di kota besar itu kayak rush hour selalu hidupnya. Dikejar waktu, dikejar masa. Banyak hal yang tiba-tiba terasa hilang/lenyap karena hidup dikejar-kejar tuntutan setiap hari. Menarik juga sih gaya slow living ini walau kalau kelewat slow rasanya bahaya juga ^^

    BalasHapus
  2. Sebelum slow living kudu detoks pikiran (dan hati) serta menjeda dulu ya? Sebagai content writer dan penulis buku, selama 5 tahun ini aku kejar2an terus ama deadline kerjaan dan yaa jadi burn out. Sekarang belajar slow living sih, yg penting kerjaan kelar, urusan lain bisa selowww ajaaa.

    BalasHapus
  3. Masih menelaah nih konsep slow living itu yg kayak gimana.

    Entah pun selama ini awak termasuk yg slow living itu... Wkkk

    BalasHapus
  4. Owalah, aku pernah berada di fase dan perasaan seperti itu. Melakukan aktivitas seperti biasa, tapi kok rasanya ada yang hampa. Nggak lagi ngerasa nyaman seperti dulu.

    Noted: Kembali menentukan prioritas adalah kuncinya.

    BalasHapus
  5. jadi kayaknya slow living itu ibaratnya hidup santai. molly sering ngalamin stress sih pas bikin konten. soalnya banyak banget mikirin ide sampe optimasi. tapi lama2 dibawa santai saja, toh nggak cepat mengejar target.

    BalasHapus
  6. Dulu pas tinggal di Jakarta berasa banget hidup bergerak dengan cepat banget. Biasanya saya imbangi saat hari libur nongkrong di perpustakaan atau taman untuk sejenak bengong-bengong berkontempelasi gitu.

    Tapi sejak hengkang dari Jakarta dan pindah ke kota kecil, akhirnya benar-benar merasakan slow living banget. Lagi suntuk dengan kerjaan, tinggal ke kebon cabut rumput sambil main dengan kucing. Tapi produktivitas kerjanya tetap oke tuh.

    BalasHapus
  7. Slow living tuh bisa aku lakukan kalau ada tempatku bersandar.
    Misalnya sedang ada di rumah orangtua ((mudik)), nah.. masa-masa aku bener-bener bisa gak cek HP atau sosmed as much as aku tinggal di Bandung.

    Dan aku bangga!
    Ternyata aku bisa kok hidup tanpa nempel gadget terus-menerus.

    BalasHapus
  8. baru tau tentang slow living lifestyle ini, terkadang memang kita butuh kali ya hidup dengan ritme seperti ini, biar gak monoton gitu ya hidupnya.
    dibawa santai aja semuanya, rilex, habis itu bisa kali ya pikiran jadi lebih tenang :)

    BalasHapus
  9. Jadi slow living bukan maksud bermalas-malasan enggan ngapa-ngapain karena slow, ya? Tapi lebih ke gimana cara mengatur hidup kita biar gak capek dg urusan itu-itu mulu dan melewatkan hal penting.

    Saya harus mulainya nih, menyingkirkan barang-barang yg sudsh lama tak terpajai, terutama baju-baju dan aksesories yg sudah menumpuk.

    BalasHapus
  10. selama ini aku malah mikir slow living itu hidup di desa-desa gitu hihi. kayaknya lebih tepatnya slow living ini kita hidup dengan teratur dan tidak terlalu tergesa-gesa namun tetap produktif

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer